KabarUang.com, Jakarta – Kasus Omicron yang kian bertambah dari hari ke hari membuat pemerintah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Satgas Covid-19 yakni dengan menyiapkan sebanyak 76 ribu ruang isolasi pasien bagi mereka yang terpapar Omicron.
Juru bIcara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan bahwa jumlah keterisian ruang isolasi di sejumlah provinsi terus meningkat secara signifikan. Terutama DKI Jakarta. Saat ini, DKI menjadi kota tertinggi penyebaran Omicronnya, dimana kasus aktifnya mencapai 56 ribu dalam satu minggu terakhir ini.
“Tingkat bed occupancy rate (BOR) nya pun tembus 52%,” ungkap Prof Wiku, dilansir idxchannel.com.
Peningkatan kasus ini tentu membuat masyarakat bertanya-tanya. Mereka mempertanyakan soal kesiapan ruang isolasi dan ruang rawat inap bagi pasien yang positif jika kasus Omicron terus meningkat. Menjawab hal ini, Prof Wiku memaparkan soal kesiapan menghadapi gelombang ketiga Covid-19.
ruang isolasi yang disiapkan pemerintah
Phaknya mengatakan saat ini pemerintah sudah menyiapkan ruang isolasi yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia. Untuk DKI Jakarta sendiri, pemerintah menyiapkan sebanyak 7.894 tempat tidur/ruang isolasi di Wisma Atlet Kemayoran.
Ruang isolasi ini diperuntukkan bagi para Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang bergejala ringan, maupun sedang. Semenara, untuk Wisma Atlet Pademangan sendiri memiliki ketersediaan ruang isolasi sebanyak 5.796. Selanjutnya, untuk Rusun Penggilingan sebanyak 1.566 ruang isolasi bagi PPLN yang tanpa gejala.
Kemudian, pemerintah juga menyiapkan sebanyak 444 tempat tidur di 6 rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan untuk PPLN bergejala berat, 663 tempat tidur yang tersebar di 6 hotel dan tempat isolasi terpusat untuk tanpa gejala dan gejala ringan.
“Jadi bila ditotalkan terdapat 76 ribu tempat isolasi terpusat di seluruh Indonesia,” jelas Wiku.
Untuk kasus Covid-19 sendiri Wiku menyampaikan bahwa kasus positif ini tidak dibarengi dengan angka kematian yang tinggi pula.
“Kabar baiknya, peningkatan kasus positif yang sama tingginya. Meski kematian meningkat 14 kali lipat dibandingkan 1 Januari lalu, tapi jumlahnya masih jauh lebih sedikit dibandingkan gelombang pertama di 2020 lalu,” ungkap Prof Wiku, dilansir idxchannel.com.