KabarUang.com, Jakarta – Managing Director Bank Mandiri, Timothy Utama menyampaikan bahwa pihaknya optimis ekonomi digital Indonesia akan tumbuh lebih dari 22 kali di tahun 2025 dengan mayoritas menggunakan transaksi mobile.
“Kami mengatakan digital economy di Indonesia is very attractive, everybody wants to enter Indonesian market yang melihat adanya peluang untuk market yang memperlihatkan pertumbuhan yang sangat pesat, opportunity yang luar biasa dan itu terjadi di Inonesia,” ungkap Timothy saat diskusi Bankers Dialogue Ikatan Bankir Indonesia.
Prediksi ini dilandasi pengguna internet yang sudah mencapai 96% atau sebanyak 137 juta orang sudah menggunakan aplikasi bank melalui mobile. Berdasarkan data ini, diproyeksikan bahwa 4 dari 10 orang dewasa tentu memilih menggunakan rekening berbasis digital untuk mendapatkan kemudahan dalam bertransaksi.
“Perkembangan digital bank sangat luar biasa, everybody wants to have digital banking these days not only super app,” lanjutnya.
Dia mengatakan dari 240 digital bank yang ada saat ini, baru 11 yang sudah profitable. Timothy mengatakan salah stau tantangan digital banking adalah profitability dan ekosistem.
“Bank Mandiri sebenarnya sudah menjalankan transformasi untuk menjadi pemain utama perbankan digital,” paparnya.
digitalisasi ekonomi
Di sisi lain, Ekonom Bank Permata Joshua Pardede pun menyampaikan bahwa kemampuan digitalisasi dan tren keuangan digital di Indonesia saat ini sedang meningkat. Hal ini juga mendorong pertumbuhan dan ekonomi di Ibu Kota Negara (IKN) baru, Nusantara.
“Kita mendukung kenapa enggak, selama bottom line nya ekonomi akan terus tumbuh bahwa adanya pertumbuhan keuangan berbasis, sigital perbankan tak perlu buka cabang atau atmnya kan sekarang sudah banyak digital bankingnya semua lebih mudah,” ungkap Kepala Ekonom Bank Permata, dilansir idxchannel.com.
Untuk perbankan sendiri, perseroan diperkirakan tumbuh seceara efisien atau jauh lebih baik dari sebelumnya. “Perbankan akan tetap supportif mendukung pertumuhan ekonomi kedepannya, dan keuangan akan tumbuh efisien dan suku bunga akan tetap turun dan tetap lebih supportif dalam menciptakan ekosistem ekonomi, keuangan, dan perbankan,” paparnya
Terkait dengan hal ini, ekosistem baru di IKN akan melahirkan masalah melihat tren konvensional dan digital. “Saya kira tak ada masalah atas dua skema ini, yang penting digitalisasi perbankan terus mengikuti kemajuan untuk lebih ingklusif dan transparan,” tutupnya.