KabarUang.com, Jakarta – Pada Selasa (28/12) sebanyak 47 orang terdeteksi varian Omicron di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Endra Zulpan.
Zulpan menyampaikan hal ini saat menemani Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil imran saat mengunjungi Bandara Soekarno-Hatta untuk melakukan peninjauan protokol kesehatan.
“Kita tahu hari ini pemerintah sudah menyampaikan update hari ini udah 47 yang terkena ataupun bisa dikatakan terdeteksi sebagai varian Omicron,” jelas Zulfan dilansir idxchannel.com.
Di tahun 2022, Polda Metro Jaya bersama TNI dan juga Pemerintah Daerah (Pemda) turut berkoordinasi terkait dengan hal ini. Langkah ini diperkuat pada Inmendagri No 66 Tahun 2001 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 Pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru 2022.
Untuk itu, di tahun 2022 ini harus dilakukan langkah antisipasi untuk menghindari penularan varian baru dengan cara memperketat protokol kesehatan. Langkah ini dinilai efektif untuk mencegah terjadinya penularan.
“Kita bisa meminimalisir atau mencegah terjadinya penularan-penularan varian baru di tempat keramaian,” jelasnya.
Sebelumnya, mengenai varian Omicron ini Kementerian Kesehatan menemukan adanya penularan lokal di Indonesia.
Masyarakat diimbau taati prokes
“Kita sampaikan adanya satu kasus transmisi lokal di Indonesia. Sehingga total ada 47 kasus Omicron. 46 kasus adalah imported cased dan satu kasus transmisi lokal,” ungkap Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan, Sti Nadia Tarmidzi.
Pihaknya mengatakan bahwa ini menjadi kasus pertama Omicron dengan transmisi lokal, infeksi antar masyarakat dalam satu wilayah. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa keberadaannya saat ini sudah menyebar di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri pun berpotensi terinfeksi barian baru ini.
Maka dari itu, pihak Kementerian Kesehatan pun mengimbau kepada masyarakat agar tetap menaati protokol kesehatan. Selain itu, pihaknya melarang masyarakat untuk bepergian ke luar negeri jika tidak ada keperluan mendesak guna mencegah penularan.
Dia menyampaikan hingga Desember 2021 ini capaian kahir vaksiansi sudah mencapai 77% untuk dosis pertama dan 56 hingga 57% untuk dosis kedua.
“Artinya memang kit aharus lakukan akselerasi. Karena untuk dosis pertama sudah masuki area yang sulit, seperti daerah dengan tantangan geografis dan transportasi, maupun daerah 3T,” jelasnya.