KabarUang.com, Jakarta – Baru-baru ini para investor mengurangi posisi beli. Hal ini terjadi lantaran dolar Amerika Serikat (AS) memangkas kerugian pada akhir perdagangan Selasa (19/10). Alasannya yakni imbal hasil obligasi pemerintah AS naik namun tetap rendah pada hari itu.
Dikutip dari antara, Rabu (20/10), greenback setempat mencapai level tertingginya satu tahun terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada pekan lalu. Hal ini terjadi karena imbal hasil obligasi pemerintah melonjak.
Untuk itu, para investor memprediksi bahwa Federal Reserve mungkin akan menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi yang tinggi. Pada Selasa (19/10) imbal hasil tampak stabil sebelum bergerak lebih tinggi lagi. Hasil obligasi pemerintah AS10-tahun ini bahkan dijadikan acuan mencapai tertinggi lebih dari tiga bulan.
Pergerakan dolar saat ini lebih rendah dibandingkan Selasa (19/10) kemungkinan dibesar-besarkan oleh faktor teknis karena investor menurunkan long position (posisi beli).
“Pergerakan suku bunga hampir tidak menjelaskan sejauh mana penurunan dolas AS,” ungkap seorang analis di Scotiabank dilansir bisnis.com.
“Sebaliknya, tampaknya likuidasi jangka panjang dolar AS telah meningkat menjadi meninggalkan posisi yang lebih luas, memicu pembelikan teknis dalam dolar AS secara umum,” paparnya.
dolar AS menurun, investor kurangi beli
Dolar bahkan sempat merosot. Ini menunjukkan bahwa pembangunan rumah AS secara tidak terduga menurun pada September. Sementara, izin mendirikan bangunan pun jatuh ke level terendah dalam satu tahun.
Hal ini terjadi di tengah kekurangan bahan baku dan juga tenaga kerja yang akut, dimana mendukung ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi melambat tajam di kuartal ketiga ini. Presiden Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa kekurangan tenaga kerja AS ini dapat bertahan lebih lama dibandingkan pandemi.
Dampakya membatasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan kecuali negara tersebut memiliki kebijakan pendidikan, kesehatan, serta pengasuhan anak yang lebih baik agar meningkatkan jumlah orang yang mampu bekerja.
indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menurun 0,22 persen di 93,73 untuk terakhir, setelah sebelumnya menurun ke 93,50, posisi terendah sejak 28 September.
Untuk Euro naik 0,25 persen menjadi US$1,640. Mata uang, Sterling dan dolar Selandia baru diuntungkan karena meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga. Pound Inggris naik 0,51 persen ke posisi US$1,3798.