KabarUang.com, Semarang – Kabar kebijakan penurunan tarif PCR dinilai sangat tepat menurut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Pasalnya pihaknya menyampaikan bahwa selama ini masyarakat sangat terbebani dengan tingginya biaya tes PCR.
Menurutnya, ketika Presiden sudah resmi menetapkan harga PCR paling mahal menjadi Rp 450.000 hingga Rp 500.000, tentu akan membuat masyarakat senang. Hal ini karena angka itu jauh lebih murah 50% dibandingkan harga sebelumnya.
“Saya kira ini yang ditunggu masyarakat, karena PCR itu kan jadi syarat orang bepergian. Maka, kalau terlalu mahal, masyarakat jadi sulit semuanya,” ungkap Ganjar, dilansir bisnis.com, Kamis (19/8).
Seperti yang kita ketahui, Presiden Joko Widodo sebelumnya meminta harga tes PCR ini turun menjadi Rp 400 hingga Rp 500 ribu. Selain itu, pihaknya juga meminta hasil PCR ini dapat diketahui lebih cepat, yakni 1×24 jam.
Meski begitu, Gubernur Ganjar sendiri berpikir agar pemerintah pusat mengkaji ulang berapa sebenarnya harga yang dibutuhkan untuk melakukan tes. Dalam hal ini komponen di dalamnya, mulai dari berapa harga reagen, VTM, dan berapa biaya untuk tenaga dan prosesnya.
Ilustrasi via google.com
Gubernur Ganjar Minta Pemerintah Cek Kembali Tarif PCR
“Jangan-jangan, ada harga yang jauh lebih baik dan bagus, sehingga bisa lebih murah,” ungkapnya.
Ganjar menyampaikan pihaknya pernah bertanya berapa harga pengetesan yang harus dikeluarkan untuk satu orang. Untuk e reagen satu orang itu biayanya Rp 200 ribu.
“Ditambah VTM dan lain-lain, ya sekitar itulah, sekitar Rp 350 ribu. Maka sebenarnya hitung-hitungan kami, kalau ada orang dagang itu sudah bagus, tapi jangan banyak cari untungnya. Maka apa yang menjadi ketetapan Presiden itu sudah sangat bagus,” lanjutnya.
Namun, di sisi lain, Gubernur Jateng ini membantah soal turunnya harga PCR yang akan meningkatkan testing dan tracing dari pemerintah. Dia berpendapat bahwa testing dan tracing itu sepenuhnya tanggung jawa pemerintah, dan tidak berhubungan dengan harga.
“Selain itu, testing sebenarnya tidak harus mengguanakan PCR. Bisa juga menggunakan antigen. Dengan tes antigen kalau dia reaktif bisa diteruskan ke sana, kalau negatif itu sebenarnya cukup. Dan ini bisa juga dipakai sebagai alat untuk memperbanyak testing lagi,” jelasnya.