KabarUang.com, Jakarta – Pemerintah resmi memasang target pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2020 mencapai 5,0 hingga 5,5 persen. Meskipun angka ini masih berada dalam bayang ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan beberapa asumsi makro yang akan mendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri ini. salah satunya yakni Anggaran Pendapatan Belanjan Negara (APBN) di tahun 2022 yang menjadi faktor utama.
APBN tahun depan diharuskan antisipatif, respoensif, dan flesibel untuk merespons ketidakpastian ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19 ini.
“Mencerminkan optimis dan kehati-hatian. APBN berperan sentral untuk melindungi keselamatan masyarakat dan sekaligus sebagai motor pengungkit pemulihan ekonomi,” jelas Jokowi dilansir idxchannelcom.
Pihaknya menilah sejak awal adanya pandemi, pemerintah sudah menggunakan APBN sebagai perangkat kontra-siklus atau countercyclical dalam mengatur keseimbangan rem dan gas demi mengendalikan penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
“Strategi ini membuahkan hasil, mesin pertumbuhan yang tertahan di awal pandemi sudah mulai bergerak. Di kuartal kedua 2021, kita mampu tumbuh 7,07 persen dengan tingkat inflasi yang terkendali di angka 1,52 persen (yoy). Capaian ini harus terus dijaga momentumnya,” jelasnya.
Ilustrasi via google.com
strategi mengejar pertumbuhan ekonomi di tahun 2022
Selain APBN sendiri, Jokowi mengatakan penguatan reformasi strukturan pun dapat menjadi instrumen lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun yang akan datang. Dirinya menilai adanya Undang-Undang Cipta Kerja, Lembaga Pengelola Investasi, dan sistem OSS berbasis risiko ini adalah batu loncatan untuk meningkatkan produktivitas, daya saing investasi dan ekspor, tapi juga pada penciptaan lapangan kerja yang berkualitas juga pemulihan ekonomi berkelanjutan.
“Dengan berpijak pada strategi tersebut, Pemerintah mengusung tema kebijakan fiskal tahun 2022 yakni “Pemulihan Ekonomi dan reformasi Struktural”. Pemulihan sosial-ekonomi akan terus dimantapkan sebagai penguatan fondasi untuk mendukung pelaksanaan reformasi struktural secara lebih optimal,” paparnya.
Proyeksi sebeesar 5 persen ini juga didasari pada gambaran perkiraan pemulihan di sejumlah sektor yang dinilai semakin baik. Mulai dari pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak reformasi struktural.
Kemudian, rupiah juga diprediksi bergerak pada kisaran Rp 14.350 per dollar AS, suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diperkirakan sekitar 6,82 persen yang mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia serta pengaruh dinamika global.
“Dengan mencermati dinamika perkeonomian dan perkembangan penanganan Covid-19, arsitektur kebijakan diskal harus antisipatif dan responsif dengan tetap menjaga keseimbangan antara kemampuan countercyclical dengan upaya pengendalian risiko agar keberlajutan fiskal jangka panjang tetap dijaga,” tutupnya.