KabarUang.com, Jakarta – Ketua Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) Wiwin Hendriani mengatakan situasi pandemi saat ini dapat berdampak besar terhadap kondisi jiwa atau mental individu.
Dirinya berpendapat akan ada kemungkinan dominasi emosi negatif yang dirasakan oleh orang-orang sekitar. Emosi negatif ini muncul karena adanya rasa bosan, jenuh, kekhawatiran terhadap sesuatu atau yang lainnya.
“Dengan dominasi emosi negatif itu terjadi banyak sekali fluktuasi stres, kadang-kadang tenang, kadang-kadang naik lagi, tidak hanya anak-anak, bapak, ibu, lansia juga seperti itu,” ungkapnya, dilansir kontan.co.id.
Ketika terjadi hal seperti ini, maka keluarga seharusnya tanggap dalam mengelola dan mengatasinya. Hal ini karena yang terpenting dalam masa kritis seperti ini yakni adaptif, karena adaptasi yang baik mampu melahirkan sikap dan perilaku yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
“Kemampuan adaptif menjadi satu kunci gimana kita bisa menumbuhkan dalam keluarga. Kalau adaptasinya bagus, nanti kita bisa dorong orang-orang di sekeliling kita, anak, anggota keluarga kita untuk resiliens, tangguh,” jelas Wiwin.
Ilustrasi via blogspot.com
tips menjaga kesehatan mental di tengah pandemi
Dirinya mengatakan pembiasaan perilaku yang benar serta pembiasaan psikologis yang benar berasal dari keluarga. Hal ini karena individu sendiri tidak mampu menumbuhkan kemampuan itu dengan sendirinya
“Fungsi dukungan keluarga terhadap kesehatan jiwa, jika keluarganya tanggap, saling dukung, komunikasinya baik, keluarga akan saling menguatkan pada saat ada satu atau dua orang yang mengalami stres,” ungkapnya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga agar tercipta suasana yang menyenangkan. Pertama yakni berpikir kreatif dan alternatif dalam segala kondisi. Kedua yakni cobalah untuk mengondisikan keluarga untuk membangun komunikasi yang terbuka. Hal ini dilakukan agar individu dalam keluarga dapat menyampaikan pesan secara clear dan tidak emosional.
“Dan bagaimana komunikasi diimbangi dengan apresiasi. Pembentukan perilaku tidak akan berhasil optimal tanpa penghargaan atas usaha yang sudah dilakukan,” lanjutnya.
Ketiga yakni kesadaran dalam memberikan contoh. Sudah sepatutnya orang tua memberikan contoh yang baik kepada anak. Setidaknya orang tua mengerti dan memahami perasaan anak. Keempat yakni konsisten dalam memberikan stimulasi positif.
“Sehingga rumah bisa diupayakan dalam kondisi yang nyaman dan kenyamanan itu konsisten dari waktu ke waktu,” tandasnya.