KabarUang.com, Jakarta – PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) optimis akan membukukan penjuakan positif di sisa tahun ini setelah mencatatkan kinerja yang ciamik di kuartal I-2021.
Head of Investor Relation SGRO Michael Kesuma menyampaikan ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan di sepanjang tahun 2021 ini. Diantaranya yakni pertumbuhan volume produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
SGRO sendiri menargetkan volume produksi CPO ini meningkat 13% hingga 18% dibandingkan dengan realisasi di tahun lalu. Targetnya saat ini merupakan target tertinggi dari rata-rata pertumbuhan volume produksi CPO SGRO dalam empat tahun terakhir ini.
“Jadi tahun ini kalau bisa meningkat sebesar 13% hingga 18%. Ini target yang luar biasa karena dalam empat tahun terakhir rata-rata naiknya hanya 4%,” ungkapnya dilansir kontan.co.id.
Kedua yakni harga rata-rata CPO sangat mendukung. Michael mengatakan jika harga rata-rata CPO ini terus berada di posisi tertinggi, maka hal ini akan mendongkrak kinerja kerja SGRO hingga akhir tahun.
Ilustrasi via Agroxine.id
Alasan SGRO optimis kinerja kerja meningkat di 2021
“Kalau misalnya harganya itu mendukung, kan biaya perusahaan itu masih sama. Sekarang harga sawit di Malaysia itu sekitar RM 3.800. Itu sangat tinggi dan akan sangat membantu,” lanjut Michael.
Michael mengatakan dengan syarat biaya operasional perusahaan yang tetap ketika harga rata-rata CPO menurun. Hal ini berlaku pula untuk sebaliknya, jika rata-rata harga CPO naik, maka hal itu tidak akan mempengaruhi biaya operasional perusahaan.
Maka, ketika harga CPO berada di level tertinggi, otomatis hal ini akan berdampak pada profitabilitas perusahaan. “Biaya perusahaan kami tuh tetap sama. Jadi misalnya harganya meningkat, itu sangat meningkat profitabilitas,” jelas Michael.
Sehingga, dirinya menyimpulkan bahwa positif atau tidaknya kinerja tahun ini tetap tergantung pada harga rata-rata komoditas yang berlaku di pasaran saat ini.
Oleh karena itu, SGRO harus mampu mengoptimalkan sisi internal perusahaan, khususnya kegiatan dan target operasional mereka.
“Dan kalau misalnya lonjakan volume itu disertai dengan harga yang bagus, dna tetap masih bertahan, itu dampaknya akan dirasakan hingga akhir tahun. Yang namanya usaha sawit, kami hanya bisa mengoptimalkan kegiatan operasional atau target operasional, karena harga komoditas kami mengikuti harga pasar,” jelasnya.