KabarUang.com, Jakarta – PT Pertamina (Persero) pastikan akan ada pengoperasian kembali Kilang Balongan akan segera dilaksanakan pasca pemadaman api. Selain itu juga, proses investigasi yang sedang dijalani akan dipercepat penyelesaiannya agar diketahui penyebab insiden.
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto mengatakan bahwa upaya investasi ini sesuai dengan arahan Dewan Komisaris PT. Pertamina (Persero) pada rapat koordinasi Dewan Komisaris dan Direksi. Keputusan ini sekaligus menjadi bukti komitmen perseoan dalam penerapan prinsip zero tolerance terhadap setiap insiden yang terjadi di lingkungan Pertamina.
“Sesuai kebijakan direksi dan arahan dewan Komisaris, Pertamina mendukung penuh proses investigas yang dilakukan pihak berwenang. Manajemen akan memberikan sanksi tegas bila ditemukan ada unsur kelalian dalam insiden ini,” ungkap Agus dilansir kontan.co.id, Kamis (1/4).
Ilustrasi via liputan6.com
proses investigasi akan dipercepat
Lebih lanjut, pihaknya mengatakan sejak insiden ini terjadi, Pertamina sudah membentuk tim investigasi internal yang nantinya bekerja sama dengan aparat penegak hukum (APH). Pertamina sendiri akan membuka seluas-luasnya akses kepada APH selama berjalannya investigasi.
“Tim ini akan berkoordinasi dengan pihak aparat untuk melakukan investigasi hingga tuntas. Dewan komisaris dan Direksi tidak mentolerir jika ada kelalaian di lapangan,” jelasnya.
Sebagai informasi, pada Selasa (30/3) ada pasokan bahan bakar minyak (BBM) yang di klaim masih aman. Diantaranya yakni pasokan gasoline (bensin) nasional sebanyak 10,5 juta barel, gasoil (solar) sebanyak 8,8 juta barel dan Avtur sebanyak 3,2 juta barel.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Abra Tatattov menyampaikan bahwa ada potensi kehilangan produksi sebanyak 400.000 barel akibat terhentinya operasi Kilang Balongan pasca kebakaran. Jika dihitung maka kerugian Pertamina mencapai US$ 8 juta.
“Dengan asumsi biaya produksi BBM 1 barel sekitar US$ 20 maka volume 400.000 barel itu kurang lebih US$ 8 juta atau sekitar Rp 115 miliar,” ungkap Abra.
Abra melanjutkan, potensi kerugian ini belum termasuk menghitung potenstial loss dari produksi total Kilang Balongan. Namun, dia berpendapat bahwa Pertamina akan memastikan produksi yang hilang itu terpenuhi dengan memaksimalkan produksi dua kilang yang lain yakni Kilang Cilacap dan Kilang TPPI.