KabarUang.com, Jakarta – Harga batubara di ICE Newcastle saat ini kembali menguat. Pada Jumat (19/3) harga batubara untuk kontrak pengiriman April 2021 menguat 4,22% menjadi US$93,8 per metrik ton.
Dalam sepekan, harga batubara ini menguat 15,59% dimana naik 6,89% secara year to date (ytd). Harga batubara ini adalah harga tertinggi sejak tahun 2018.
Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono harga batubara kembali memanas sebagau buntut dari kenaikan harga betubara di China sebagai konsumen batubara terbesar di dunia.
“Harga batubara listrik acuan di China naik selama seminggu terakhir. Perubahan pasokan dan permintaan memicu babak baru kenaikan harga batubara,” jelas Wahyu.
Selain itu juga, saat ini China masih terlibat perang dagang dengan Australia dan menutup karena impor batubara dari Negeri Kangguru itu. Setelah impor batubara dari Australia ini diberhentikan, pasokan batubara ini ikut menurun.
Wahyu juga menyampaikan kegiatan ekonomi dunia yang mulai membaik memicu pertambahan kenaikan batubara. “Sementara inspeksi keselamatan kerja yang ketat dan langkah-langkah jaminan pasokan musim dingin telah menyebabkan konstraksi produksi,” ungkapnya.
Ilustrasi via google.com
kenaikan permintaan batubara
Kebutuhan batubara di China mengalami kenaikan seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali dimulai dan pemulihan industri yang sedang terjadi karena China berhasil mengatasi pandemi lebih dahulu dibandingkan dengan negara lain.
Untuk jangka pendeknya, dirinya memperkirakan harga batubara ini berada di angka US$90-US$95 per metrik ton.
“Tetapi potensi koreksi mungkin saja terjadi karena harga overbought,” ungkapnya.
Sementara, untuk jangka menengah sampai jangka panjang ini dirinya memperkirakan harga batubara akan di US$80-US$100 per metrik ton.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa volume produksi batubara ini diprediksi akan terus meningkat hingga 2050.
Direktur Jenderal dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan tahun 2019 lalu batubata mencapai 37,15% atau yang tertinggi dibandingkan dengan lainnya. Jumlah ini ditargetkan terpangkas menjadi sebesar 30% pada tahun 2025 atau setara dengan 119,8 MTOE.
“Pada 2050 kalau dilihat dalam bauran batubara akan turun hingga 25% namun volume meningkat. Industri masih terus berharap terhadap peningkatan produksi namun dengan peningkatan produksi namun dengan peningakatan EBT ini akan menurunkan bauran batubara,” ungkap Ridwan.