KabarUang.com, Jakarta – Pabrikan kendaraan listrik Tesla yang lebih memilih India untuk membangun pabrik dibandingkan Indonesia harus menjadi pelajaran bagi pemerintah.
Direktur Eksekutif Indef Ahmad Tauhid mengatakan bahwa biaya investasi yang ditawarkan India jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan Indonesia. Inilah alasan mengapa Indonesia tidak terpilih.
Ilustrasi via google.com
“Terkait biaya investasi, ada dua hal mengapa Tesla akhirnya lebih memilih India, pertama adalah soal pajak, di Indonesia meskipun ada keringanan pajak kendaraan listrik, namun buat Tesla iklim pajak di India jauh lebih baik dibandingkan Indonesia,” ungkap Ahmad dilansir kontan.co.id, Rabu (24/2).
Ahmad pun menjelaskan bahwa persoalannya bukan hanya iklim pajak tetapi juga soal kemudahan dan birokrasi yang cepat dan mudah. Alasan lainnya yakni soal tenaga kerja. Kabarnya tenaga kerja di India jauh lebih berkembang dibandingkan Indonesia.
Untuk itu, tenaga kerja di India ini memiliki kemampuan yang lebih jika dibandingkan dengan Indonesia yang baru saja memulai bisnis pengembangan motor listrik. Pertimbangan inilai yang menjadi alasan tesla mengurungkan niatnya untuk melakukan ekspansi di Indonesia.
“Kalau soal SDM memang cukup butuh waktu panjang untuk pengembangannya, makanya pemerintah mesti menciptakan iklim yang mendukung investasi, pajak yang lebih murah mislanya, karena ini bukan cuma jadi kendala tesla, sejumlah perusahaan asal Jepang juga sering mengeluhkan hal ini,” jelasnya.
perpajakan di Indonesia mesti diubah.
Hal serupa diungkapkan oleh Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet. Dia berpendapat selain tesla, masih banyak rencana investasi aisng lainnya yang ingin masuk ke Indonesia. Namun, kebanyakan masih ragu dan banyak pertimbangan, salah satunya mengenai pajak.
Indonesia sendiri masih memiliki tax holiday, namun tidak dimanfaatkan dengan berbagai faktor. Salah satunya akibat insentif pajak di Indonesia tidak sesuai dengan kebutuhan investor. Ini sebabnya pemerintah ada baiknya mempertimbangkan kembali pemberian insentif berdasarkan kebtuhan investor.
Hal ini tentunya membutuhkan usaha yang lebih besar untuk menghitung kebutuhan insentif pada tiap sektor dan berapa lama imbal hasil masing-masing sektor. “Ini saja dilakukan dalam rangka menarik investasi untuk mendorong masing-masing industri,” jelasnya.
Wakil Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani juga memaparkan iklim usaha dan investasi yang paling penting dalam menarik investor. “Hal terpenting adalah reformasi struktural yang berkelanjutan untuk memastikan iklim usaha dan investasi nasional terus menarik buat investor,” jelasnya.