KabarUang.com, Jakarta – Jumlah kasus Covid-19 jelang tahun baru melewati angka 8.000. Angka penambahan kasus ini membuat jumlah total kasus di Indonesia menjadi 751.270 kasus hingga Jumat (1/1).
Untuk itu, masyarakat diminta lebih waspada terhadap virus Covid-19 dengan mengenali gejalanya. Mulai dari gejala yang paling umum bahkan paling baru.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) gejala umum yang bisa terjadi pada penderita Covid-19 yakni demam, batuk kering dan kelelahan.
Ilustrasi via yahoo.com
Gejala baru Covid-19
Namun, pihaknya mengatakan bahwa mereka menenukan gejala baru virus Covid-19 diantaranya yakni :
- Sifat lekas marah
- Kebingungan
- Kesadaran erkurang (terkadang berhunungan dengan kejang)
- Kegelisahan
- Depresi
- Gangguan tidur
- Komplikasi neurologis. Yang lebih parah dan sering terjadi yaitu stroke, radang otak, delirium dan kerusakan saraf.
WHO mengatakan dua studi baru menunjukkan derilium juga menjadi salah satu gejala awal infeksi Corona. Ini biasanya terjadi pada kelompok lanjut usia. Hal ini dikutip dari EurekAlert, kesimpulan dari hasil tinjauan penelitian ilmiah para peneliti Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol.
Studi tersebut menemukan bahwa bersamaan dengan hilangnya ndra perasa dan penciuman juga sakit kepala, pada hari-hari sebelumnya, pasien mengalami delirium.
“Delirium adalah keadaan kebingungan di mana orang tersebut merasa tidak berhubungan dengan kenyataan, seolah-oleh mereka sedang bermimpi,” ungkap peneliti UOC Javier Correa.
Mereka juga melakukan studi tentang efek virus Corona terhadap sistem saraf pusat, yakni otak. UOC menemukan bahwa virus Corona mempengaruhi sistem saraf pusat dan menghasilkan perubahan neurokognitf, seperti sakit kepala dan delirium.
Hipotesis pertama menunjukkan adanya gejala yang mempengaruhi otak yang menunjuk pada tiga kemungkinan penyebab, diantaranya :
- Hipoksian atau defiensi oksigen saraf
- Radang jaringan otak akibat badai sitokin
- Fakta bahwa virus memiliki kemampuan untuk melintasi darah-penghalang otak untuk langsung menyerang otak
Correa mengatakan salah satu faktor dari ketiganyalah yang menyebabkan delirium. Para peneliti mengatakan kemungkinan besar delirium terjadi akibat peradangan sistemik organ dan keadaan hipoksia, yang menyebabkan jaringan saraf meradang.
Hal itu menyebabkan kerusaha di area hipokampus yang terkait dengan disfungsi kognitif serta perubahan perilaku manusia.