KabarUang.com, Jakarta – Harga batuara cukup baik disepanjang tahun lalu, dimana harganya menyentuh levl US$81,75 per ton pada penutupan perdagangan.
Bukan hanya itu, bahkan emas hitam pun sempat menyentuh level US$ 81,75 per ton pada perdagangan Senin lalu. Harga batubara pada saat itu di atas level US$ 80 per ton. Sementara, harga batubara Newcastle berada di level US$ 81,4 per ton.
Untuk prospek harga batubara tahun ini diperkirakan akan tumbuh positif. Hal ini diungkap oleh Analis Philip Sekuritas Indonesia. Michael memperkirakan pada 2021 ini akan berada di level US$ 65 per ton.
“Pemulihan perekonomian di China akan meningkatkan permintaan terhadap batuara. Tahun 2021 diperkirakan akan terjadi defisit stok batubara di China, dimana permintaan yang lebih besar ketimbang supply batubara,” jelas Michael.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan akan meningkatkan prospek impor batubara oleh China untuk menutupi defisit stok batubara di negeri Panda itu.
Ilustrasi via duniatambang.co.id
Di negeri lain, permintaan batubara di India diperkirakan akan membaik di tahun ini, seiring dengan longgarnya pembatasan sosial serta aktivitas industri manufaktur yang telah berjalan sehingga bisa meningkatkan peggunaan listrik.
Prospek batubara
Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri memperkirakan harga batubara akan lebih baik di tahun ini. Dimana kisarannya bisa mencapai US$ 70 hingga 80 per ton, dari rata-rata US$ 60 per ton pada tahun 2020.
Hal ini seiring dengan adanya pemulihan ekonomi global yang meningkatkan permintaan batubara. Pada tanggal 10 bulan pertama 2020 ini, impor batubara termal dari Australia itu menyumbang sekitar 22,9% dari total impor batubara.
Namun, di sisi lain, dirinya memperkirakan bahwa impor batubara China dan India ini akan menurun pada masa pertengahan tahun. Hal ini terjadi karena China dan India akan meningkatkan produksi dalam negerinya.
Hal lain lagi, kebijakan China yang melanjutkan kebijakan impor untuk mendukung produksi dalam negerinya diyakini akan mempengaruhi harga batubara global ke depannya.
Meski begitu, dirinya optimis bahwa permintaan batubara semakin menguat dari negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Hal ini akan menopang harga batubara jangka panjang.
“Secara khusus, permintaan setidaknya didorong oleh pembangkit listrik berbasis batubara yang akan dibangun di Vietnam dan Indonesia,” jelasnya.