KabarUang.com, Jakarta -Tingginya kebutuhan akan transportasi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sejalan dengan enngkatnya ketergantungan impor minyak dan bahan bakar. Hal ini berdampak pada lingkungan dimana kenaikan emisi gas rumah kaca mencapai 189 juta ton-cossEQ (29,3% dari emisi GRK di sektor energi).
Di era transisi energi global saat ini, pemerintah berupaya mensubstitudi BBM dengan bahan bakar alternatif lainnya. Misalnya efisiensi kendaraan, jenis mesin dan bahan bakar, kapasitas bahkan ketersediaan layanan.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa Kementerian ESDM saat ini sedang menyusun grand strategi nasional. Hal ini bertujuan sebagai upaya komprehensif dalam melakukan transformasi dan transisi penggunaan energi ke arah energi bersih yang dapat menggeser penggunaan BBM.
Hal yang perlu ditinjau kembali dalam RUEN
Ada beberapa hal yang harus ditinjau kembali terhadap Rencana Umum Energi Nasional menurut Dadan.
Ilustrasi via samahok.com
“Sudah ada upaya alternatif bahan bakar, tapi kan komposisinya masih tetap bahwa yang basisnya fosil masih sangat tinggi khususnya untuk bensin. Arahnya, kami ingin menurunkan siaran pers di situs Ditjen EBTKE Kementerian ESDM,” jelasnya.
Data Kementerian ESDM menyebutkan bahwa imor ensin pada tahun 2019 mencapai 19 juta kiloliter (KL). Sementara, impor solar mencapai 4 juta KL. Impor bensin ini semakin meningkat dalam lima tahun terakhir. Hal ini karena konsumsi bensin yang semakin meningkat.
“Dari strategi ini ditargetkan dalam 4 tahun ke depan dapat mengurangi impor bensin tanpa melakukan penambahan kilang untuk eksisting. Sedangkan untuk listrik dan biofuel nantinya diharapkan dapat menggantikan bahan bakar batu bara, namun harus didukung dari sisi infrastruktur,” lanjutnya.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan salah satu strategi energi nasional untuk menggeser BBM yakni melaksanakan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KLBB). Untuk itu, Kementerian ESDM mendukung fasilitas dari sektor penyediaan listrik.
Pemerintah juga akan mengoptimalkan prosuksi BBN baik berupa Biodiesel maupun Biohidrokarbon serta berupaya mempertahankan implementasi program B30. Pemerintah juga terus melakukan pengoptmalan produksi demi memastikan program ini berjalan dengan baik.