KabarUang.com, New York – Seiring dengan keperkasaan pasar saham AS jelang pelantikan Joe Biden, harga minyak mentah ditutup menguat. Penyebabnya yakni adanya optimisme bahwa akan ada banyak stimulus yang akhirnya mengangkat perekonomian global.
Harga minyak mentah jenis Brent pada Selasa (9/1) untuk pengiriman Maret 2021 ditutup senilai US$ 1,15 atau 2,1% ke level US$55,90 per barel.
Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman februari tahun ini naik 62 sen atau 1,2% menjadi US$ 52,98. Harga mintak WTI kontran Februari sendiri berakhir pada Rabu (20/01).
Ada tiga indeks utama Wall Street melesat setelah optimisme kinerja perbankan besar AS juga komentar dari calon Menteri Keuangan AS Janet Yellen saat pelantikan Biden.
Yellen mendesak agar paket bantuan virus corona ini bisa dikeluarkan lebih besar. Hal ini disampaikan dalam pernyataannya di depan anggota parlemen. Menurut ketua Federal Reserve ni ada manfaat stimulus yang lebih tinggi ketimbang beban utang yang melonjak.
Harga minyak dunia diprediksi meningkat pada tahun ini
“Saat ini kita mendekat awal era pemerintahan Biden di AS, para pedagang sekarang memiliki harapan untuk efek positif yang pada pasar yang berasal dari paket stimulus yang dijanjikan (senilai US$ 1,9 triliun),” ungkap kepala pasar minyak Eystad Energy, Hjonar Tonhaugen.
Para investor pun optimis dengan permintaan di China dan impor minyak mentah dunia setelah data menunjukkan produksi kilang naik 3% ke rekor tertinggi di 2020.
Sementara, Halliburton Co memprediksi adanya pemulihan dalam industri minyak dan gas global yang akan terjadi pada kuartal kedua. Hal ini terjadi setelah penyedia jasa ladang minyak mengalahkan perkiraan laba atas pemotongan biaya dan kenaikan moderat yang menyebabkan kemerosotan tahun lalu.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal OPEC sendiri mengatakan dirinya optimis dengan pasar minyak tahun ini. Namun, ada satu yang menjadi sentimen negatif bagi harga minyak yakni pemangkasan prospek permintaan minyak pada 2021 menjadi 96,6 juta barel per hari. Meskipun begitu, IEA tetap melihat adanya peningkatan pada paruh kedua di tahun ini.