KabarUang.com, Jakarta – Pemerintah berencana memberlakukan Pembatasan Kegiatan mulai 11 Januari. Mengenai kebijakan ini, Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) memprediksi bahwa pendapatan akan tergerus.
Sementara, Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah mengatakan pihaknya akan ikut program pemerintah jika melihat tujuan pemerintah.
“Namun jika bisa libatkanlah pelaku usaha sehingga dalam suatu keputusan kami dapat mendukung dengan maksimal,” ungkapnya dilansir kontan.co.id, Kamis (07/01).
Budhiharjo menyampaikan bahwa hal ini harus melibatkan pengusaha seperti yang diterapkan oleh negara lainnya. Dimana pemerintah harus mengetahui sektor mana yang terdampak jika kebijakan ini diterapkan.
Dengan begini, pemerintah siap membantu dan support sektor yang paling terdampak secara signifikan jikan pembatasan sosial itu diberlakukan lagi.
Pembatasan Kegiatan di Mata Pengusaha
Namun, dirinya sangat menyayangkan hal ini. Pasalnya pihaknya belum merasa ada bantuan dan dukungan dari pemerintah untuk tenant di pusat perbelanjaan. Hal ini membuat para pengusaha merasa kesulitan dalam mengatur jam kerja karyawan, merencanakan ekspansi maupun terkait menutup gerainya.
Terkait aturan ini, Budhi berharap akan ada kejelasan dan juga toleransi dari pihak pemerintah. Misalnya saja memberikan tenggang waktu 1 jam dan untuk tenant FnB diberikan waktu lebih panjang karena biasanya orang akan ramai makan malam pada pukul 19.00.
“Setidaknya diperbolehkan untuk menghabiskan makanan terlebih dahulu sehingga memang efektif jam 20.00 tutup. Hanya saja dari jam 19.00 masyarakat sudah tidak boleh masuk mall,” lanjutnya.
Jika dilihat secara bisnis diberlakukan kembali Pembatasan Kegiatan ini berpotensi meembuat pendapatan tenant merosot hingga 70%. Penurunan pendapatan itu terjadi akibat beberapa sebab.
Pertama yakni, penutupan gerai yang lebih cepat. Kedua yakni berkurangnya kapasitas masyarakat perkantoran hanya 25%.
Dia mengatakan, selama ini yang menjadi pusat trafik adalah para pekerja kantor yang makan siang di pusat berbelanja. Untuk itu, dirinya mengatakan berkumpul untuk memberikan efek penurunan bagi trafik kunjungan di pusat belanja.
“Nah, itu signifikan sebab sekarang saja kapasitas mall hanya 50% sudah pasti kami hanya bisa meraih omzet 50% dan dengan pembatasan masyarakat masuk kantor yang hanya 25% mungkin kami hanya bisa meraih pendapatan 30%-40%. Jadi potensi pendapatan turun hampir 70%.