
KabarUang.com, Jakarta – Pemerintah yakin bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan mayoritas negara ASEAN lainnya di tahun 2020. Keyakinan ini didasari atas perbaikan ekonomi Indonesia yang perlahan membaik sejak kuartal II-2020.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan bahwa pihaknya memprediksi ekonomi Indonesia tahun lalu akan tumbuh di minus 1,7% year on year (yoy) hingga minus 2,2% yoy.
Ternyata prediksi ini lebih baik dibandingkan dengan mayoritas negara ASEAN lainnya seperti Malaysia minus 6% yoy, Filifina minus 8,3% yoy, Thailand minus 7,1% yoy dan Singapura minus 6% yoy.
Sementara, jika dibandingkan dengan negara-negara G20 seperti Perancis yang minus 9,8%, Jerman minus 6% yoy atau India yang minus 10,2% yoy, Indonesia dinyatakan lebih baik. Namun, jika dibandingkan dengan proyeksi ekonomi China yang tumbuh positif 1,9% yoy, ekonomi Indoensia lebih buruk.
Adanya tren pemulihan ekonomi
Febrio berpendapat bahwa kondisi ekonomi di akhir tahun ini akan menunjukkan tren pemulihan. Salah satu indikatornya yakni adanya kontraktif dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang mulai menunjukkan angka ekspansif di akhir tahun yakni 51,3.
Dilihat dari sisi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan dan semakin stabil seiring membaiknya aliran modal di penghujung tahun.
Di sisi lain, febrio mengatakan pada dasarnya pandemi yang terjadi sepanjang 2020 ini menyebabkan tekanan yang mendalam pada perekonomian di seluruh negara.
Adanya ketidakpastian yang tinggi menyebabkan lembaga internasional seperti IMF, OECD dan World Bank terus berupaya memperbarui proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Prediski pada asesmen terakhir terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4% yoy.
Febrio menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia ini tergantung dari penanganan pandemi Covid-19. Kasus harian dalam negeri ini masih terus berlanjut dengan penambahan kasus yang masih eskalatif terutama yang terjadi dalam 1,5 bulan terakhir.
Hasilnya, upaya penanganan pandemi ini menyebabkan terganggunya mobilitas yang berujung pada penurunan aktivitas ekonomi. Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indoensia ini terdampak dengan realisasi minus 2,97% yoy.