KabarUang.com, Jakarta – Manajer investasi (MI) tetap optimis mengalami kinerja positif di tahun depan. Meskipun saat ini dana kelolaan alias assets under management (AUM) reksadana terpoteksi mengalami penurunan di akhir tahun 2020.
Head of Investment Specialist & Product Development Sucor Asset Management Lolita Liliana mengatakan minat investor reksadana meningka seiring dengan membaiknya kondisi pasar keuangan belakangan ini. Terlebih jika suku bunga deposito mash terusn turun sehingga nasabah tentu profil risiko konservatif-moderate masih membutuhkan alternatif dalam jangka menengah.
Ilustrasi via blogspot.com
Meskipun minat investor sudah membaik saat ini, keberadaan suplai sebenarnya masih belum pulih. Lolita berpendapat, efek untuk underlying mekanisme proteksi pun masih belum membaik. Hal ini karena penerbit masih mengambil sikap wait and see terlebih dahulu sembari memantau keadaan pasar.
“Untungnya, keadaan reksadana terpoteksi di Sucor AM tidak seperti di industri. Kami telah menerbitkan enam produk baru reksadana terpoteksi yang AUM-nya berhasil naik 38,05% secara year to date. Kenaikan seiring dengan tetap tingginya permintaan dari nasabah kami termasuk melalui agen penjual,” lanjut Loli.
Reksadana dipastikan tumbuh membaik tahun depan
Dirinya sangat optimis bahwa prospek reksadana tumbuh di tahun depan masih akan tetap menarik. Meskipun dari sisi segi yield obligasi/ efek bersifat utang terus menurun. Bukan hanya itu, pajak obligasi di reksadana pun terpoteksi akan naik menjadi 10% per 2021.
Lolita menilai bahwa potensi imbal hasil yang ditawarkan reksadana masih lebih baik dibandingkan bunga deposito.
“Tapi secara umum, untuk penerbitan reksadana terpoteksi pada tahun depan masih tergantung dari tersedianya efek underlying. Suplai sepertinya masih akan kurang dikarenakan yield yang diminta mengalami kenaikan yang lumayan tinggi. Sementara sekarang di saat yield sudah mulai turun, nyatanya masih banyak emiten yang menunggu timing yang pas,” jelasnya.
Dia menambahkan, tahun depan Sucor AM bisa kembali menerbitkan 4 hingga 6 produk reksadana terpoteksi. Sebelumnya, pada November 2020, dana kelolaan reksadana ini terpoteksi sebesar Rp 138,99 triliun. Tentunya, jumlah ini menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Bahkan, bisa dikatakan, AUM reksadana terpoteksi sudah turun dalam tiga bulan terakhir.