KabarUang.com, Jakarta – Perencana keuangan memprediksi bahwa prospek emas masih positif di tahun depan. Sebagai alat investasi, emas mengalami kenaikan yang signifikan di tahun ini bahkan sempat mencapai level Rp 1.065.000 per gram meskipun kini agak meredum.
llustrasi via harga.web.id
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menyampaikan dirinya menilai emas bisa menjadi investasi yang menarik ketimbang valuta asing (valas) di tahun depan. Dia berpendapat sepanjang krisis masih belum teratasi dan pandemi belum usai, emas adalah pilihan terbaik untuk investasi.
“Jadi tergantung kalau vaksin ini gagal atau kurang sesuai harapan ya emas akan terus naik. Yang paling menarik menurut saya masih emas karena salah satu cara pemerintah untuk selesaikan masalah Covid-19 kan dengan cetak uang,” ungkap Eko dilansir kontan.co.id.
Selebihnya, Eko menjelaskan ketika banyak uang yang dicetak, nilai dari uang tersebut akan makin menurun. Hal ini membuat inflasi juga ikut naik.
“Ketika uang dicetak kan mau tidak mau nilainya makin turunkan, apalagi BI turunin suku bunga terakhir kemarin. Kemungkinan inflasi kita diharapkan akan naik, ketika inflasi naik emas akan jadi aset yang akan dikejar orang,” lanjutnya.
Harga emas melonjak jika pandemi berlanjut
Eko mengatakan, jika pandemi ini semakin tidak terkendali, maka harga emas akan semakin melonjak. Dia memperkirakan harga emas di tahun depan akan lebih tinggi nilainya dari level tertinggi di tahun ini.
Dia berpendapat bahwa emas batangan memberikan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan dengan emas perhiasa. Hal ini lantaran emas batangan tidak terkena potongan harga atau biaya tambahan banyak ketika hendak dibeli dan dijual.
“Semua bentuk emas secara historikal memberikan imbal hasil, tapi kalau perhiasan tidak begitu karena potongan awal ada dan saat jual juga ada. Nah itulah banyak potongan, jadi pakai emas batangan saja,” jelasnya.
Sementara, mengenai investasi valas sendiri, Eko menilai di kondisi pandemi ini, valas dinilai kurang menjanjikan di tahun depan. Namun, hal itu kembali lagi pada individu masing-masing.
“Valas bisa digunakan untuk tujuan mereka yang punya rencana keluar negeri dalam bentuk valas misal ekspor impor itu mau tidak mau butuh valas. Kalau buat investasi tidak disarankan valas,” paparnya.