KabarUang.com, Jakarta – Tidak ada kata terlambat untuk investasi. Tidak ada saat lebih baik untuk investasi, kecuali sekarang. Meskipun saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi, tidak boleh menjadi penghalang untuk berinvestasi.
Meskipun begitu, kondisi ini bisa menjadi peluang karena ekonomi mulai kembali bangkit. Hal ini seperti yang disampaikan Ekonom sekaligus Rektor Universitas Atmajaya, Agustinus Prasetantoko. Dia berpendapat bahwa Indonesia sudah masuk ke zona yang aman.
Ilustrasi via bantennews.com
“Meski belum memuaskan, tapi sudah ada recovery, investasi pun mulai reborn naik,” ungkapnya saat Webinar Menaker Peluang Investasi Sampai Dengan Akhir Tahun, yang diselenggarakan kontan.co.id.
Di sisi lain, Herman Koeswanto, Head of Research PT Ashomore Asset Management Indonesia Tbk mengatakan bahwa saat ini pertumbuhan sejumlah perusahaan di kuartal ketiga lebih aik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di tahun ini. Laporan keuangan pun menjadi katalis yang ditungggu selain PEN, bahkan hasil pemilihan presiden AS dan pelaksanaan penyuntikan vaksin.
“Belanja fiska ini penting untuk re-start ekonomi dan itu nanti juga akan berdampak pada penerimaan pemerintah,” ujar Herman.
Perbaikan ekonomi ini sudah terlihat di beberapa kota-kota besar Indonesia. Ini berarti kepercayaan diri masyarakat sudah mulai terbangun sehingga mereka tidak lagi menghadapi pandemi dan tetap menjalankan aktivitas ekonomi.
Pilihan investasi
Ivan Jaya, EVP, Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth menyarankan reksadana saham untuk pilihan investasi masyarakat. Hal ini karena ditberlakukannya Omnibus Law akan mendatangkan investasi langsung atau FDI (Foreign Direct Investment).
“Ini akan menggairahkan pasar saham dan kami sarankan untuk memiliki instrumen reksadana saham dalam portofolionya,” ungkapnya.
Namun, kepemilikan reksadana saham ini harus disesuaikan dengan profil risiko para investor. Juga, disesuaikan dengan tujuan investasi dari individu, jangka panjang atau pendek.
Dia melanjutkan, investor konservatf memilih reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap yang durasinya pendek dengan porsi 60%. Sementara, reksadana sahamnya cukup 5% saja. Contohnya seperti produk Ahmore Dana Obligasi Unggulan Nusantara (ADOUN) dan Ashmore Dana Obligasi Nusantara (ADON).
“Selain proyeksi membaik pasar saham cenderung hijau di kuartal IV. Apalagi, selama 10 tahun terakhir, kenaikan IHSG dalam satu kuartal di kuartal IV ini rata-rata 4%,” lanjutnya.