KabarUang.com, Jakarta – Pada Rabu (11/11) harga emas turun hampir satu persen. Hal ini terjadi akibat penguatan dolar AS. Namun, ada faktor lain yang membuat harga emas menurun.
Ilustrasi via bukalapak.com
Di sisi lain, harga emas dipengaruhi oleh optimisme potensi vaksin Covid-19 yang meningkatkan harapan untuk pemulihan ekonomi lebih cepat. Hal inilah yang mendorong investor menuju aset berisiko. Dilansir dari Economic Timies, harga emas turun 0,9 persen menjad US$1.860,61 per troy ounce. Sementara, harga emas Comex AS pun turun 0,9 persen menuju US$1.859,60.
“Emas memiliki dua hal yang menghambatnya, ekuisitas yang kuat dan dolar yang kuat pada saat ini. Sulit bagi emas untuk terus reli mengingat kedua pasar tersebut naik lebih tinggi,” ungkap Hob Haberkorn, seorang ahli strategi pasar di RJO Future, dilansir bisnis.com.
Dia pun menambahkan, alasan lain harga emas menurun yakni berita vaksin yang gembor setelah berita pemilihan AS terbit.
harga emas menurun setelah berita vaksin
“Pelarian ke tempat aman dalam logam mulia yang kita rasakan minggu lalu setelah pemililihan AS telah hilang karena berita vaksin virus corona,” ungkapnya.
Indeks dolar yang naik 0,4 persen ke level tertinggi minggu ini melampaui daya tarik emas. Hal ini mmebuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Sentimen risiko antara investor pun naik karena prospek vaksin Covid-19 yang efektif menutupi kekhawatiran atas melonjaknya infeksi. Namun, terobosan itu menjadi tantangan logistik dalam mendistribusikannya.
“Mengingat reaksi yang kami lihat terhadap berita vaksin dalam beberapa hari terakhir, risiko penularan langsung untuk emas tidak diragukan lagi telah meningkat,” ungkap seorang analis OANDA Craig Erlam.
Lebih jauh, dirinya mengatakan bahwa pemulihan ekonomi masih membutuhkan waktu.
“Area utama harga emas tetap anatara US$1.850 – US$1.860 terlihat sangat rentan dalam waktu dekat. Namun, prospek jangka panjang untuk emas bullish, jalan menuju pemulihan akan memakan waktu dan membutuhkan lebih banyak dukungan bank sentral dan pemerintah,” paparnya.
Pembuat kebijakan FederalReserve ini menyoroti adanya dukungan fiskal yang lebih bertarget dari pemerintah.