KabarUang.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ketiga terkoreksi 3 persen dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu. Salah satu penyebabnya yakni karena konsumsi rumah tangga yang lebih kurang minus 4 persen di periode yang sama.
Ilustrasi via Youtube
Dengan begitu, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi terkoreksi negatif. Pada kuartal II, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.
“Di kuartal ketiga ini juga mungkin sehari, dua hari, tiga hari akan diumumkan BPS juga masih berada di minus, perkraan kita masih di angka minus 3 naik sedikit,” ungkap Jokowi.
Meskipun begitu, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga dalam tren positif. Hal ini karena ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Bahkan, Presiden mengklaim kondisi Indonesia lebih baik dibandingkan negara lain.
“Dan ini memang kalau dibanding negara lain jauh lebih baik, tapi ini patut kita berikan tekanan untuk kuartal keempat,” ungkap Presiden saat pembukaan sidang kabinet paripurna, Senin (2/11).
“Itu trennya membaik, trennya positf. Ini yang harus ditekankan nanti kalau ada pengumuman di BPS trennya membaik, trennya positif,” lanjutnya.
Jokowi imbau untuk manfaatkan kuartal terakhir
Presiden pun melanjutkan, bahwa kuartal terakhir tahun ini harus benar-benar dimanfaatkan. Realisasi belanja pemerintah pun harus berada di titik maksimal.
“Hati-hati tolong disampaikan kepada Dirjen, DIrektur, dan di seluruh jajaran yang Bapak Ibu pimpin, kuartal keempat bisa maksimal,” harapnya.
Selain konsumsi rumah tangga, Pak Jokowi pun menggars bawahi soal investasi yang saat ini belum mecapai target. Jokowi mengatakan bahwa sebelumnya, pihaknya memerintahkan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan untuk membantu menjaga pertumbuhan investasi.
“Tapi ternyata belum bisa. Oleh sebab itu, agar ini dikejar di kuartal 4 dan kuartal 1 bulan Januari, Februari, Maret sudah mulai gerak lagi,” ungkapnya.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan bahwa Indonesia berdasarkan PDB triwulan II atas dasar harga berlaku Rp 3.687,7 triliun. Sementara, jika dilihat berdasarkan harga dasar konstan dengan tahun dasar 2010 yakni Rp 2.589,6 triliun.