KabarUang.com, Jakarta – Saat ini jumlah peserta program Kartu Prakerja mencapai 5,9 juta. Jumlah ini dihitung sejak pertama kali Kartu Prakerja diluncurkan yakni 11 April 2020. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso.
“Hingga saat ini, sampai gelombang 11 sudah ada 5,9 juta penerima,” ungkap Susi dilansir kontan.co.id, Senin (23/11).
Ilustrasi via teknologi.id
Susi mengatakan selama tujuh bulan ini, ada 43 juta orang mendaftar program Kartu Prakerja. Namun, yang lolos verifikasi surel, nomor telepon, nomor induk kependudukan (NIK) dan kartu keluarga (KK) hanya 19 juta pendaftar saja. Jumlah itu jauh dari jumlah pendaftar.
Jumlah ini kemudian diseleksi, hasilnya di gelombang 1-3 periode 11 hingga 30 April, ada 680 pendaftar yang dinyatakan lolos sebagai peserta Kartu Prakerja. Kemudian, pada gelombang ke 4 hingga 6 atau periode 8 hingga 31 Agustus total ada 2,4 juta pendaftar yang lolos. Jumlah ini terus bertambah seiring berlanjutnya program Kartu Prakerja gelombang 7 hingga 11. Totalnya ada 5,9 juta peserta.
Pendaftar Kartu Prakerja masih masif
Menurut Susi sendiri, masifnya pendaftar ini masih sangat banyak yang belum terfasilitasi program bantuan ini. “Berarti hanya satu dari empat orang yang mendaftar mendapatkan kartu Prakerja karena dari 19 juta (yang lolos verifikasi), hanya mendapatkan 5,9 juta tadi (yang menjadi peserta). Sehingga yang belum mendapatkan program ini masih sangat banyak sekali,” ungkapnya.
Susi memaparkan dari 5,9 juta penerima Kartu Pekerja ini sebanyak 87% berpendidikan SMA ke atas. Kemudian, sebanyak 77% berusia antara 18 hingga 35 tahun. Sementara 81% peserta mengaku belum pernah mengikuti pelatihan atau kursus dan 88% mengatakan bahwa mereka tidak bekerja.
“Beberapa provinsi yang menerima program Kartu Prakerja penerima terbanyak adalah Jawa Barat, kemudian Jawa Timur, kemudian disusul DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Sedangkan yang paling sedikit adalah Papua Barat, Papua, Maluku Utara dan Kalimantan Utara,” lanjutnya.
Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan bahwa yang sudah menyelesaikan pelatihan baru ada 5,1 juta peserta. Saat ini, ada 1.663 pelatihan daring dari 150 lembaga pelatihan yang disediakan. Pelatihan yang paling diminati yakni penjualan dan pemasaran, gaya hidup, manajemen, makanan dan minuman, bahasa asing, keuangan serta sosial dan perilaku.