KabarUang.com, Jakarta – Industri tekstil dinilai perlu melakukan perubahan yang mendasar. Hal ini dilakukan agar industri bisa bersaing di pasar global.
Ilustrasi via fin.co.id
Director Asia Pacific Rayon Basrie Kemba menilah bahwa industri tekstil adalah industri yang vital di Indonesia. Untuk itu, jika sektor tekstil ini ingin kembali berjaya, maka perlu dilakukan perubahan yang mendasar.
“Perubahan itu terutama rezim perdagangan yang mnedorong impor. Industri juga membutuhkan dukungan subsidi energi agar tetap kompteteif dan keringanan pajak,” ungkapnya dalam acara Economic Forum bertajuk “Emerging Trends in Global Trade” pada Jumat (27/11).
Dirinya mengatakan industri tekstil ini masih ada harapan untuk memperbaiki pasar domestik kelas menengah sebagai peluang yang besar bagi para produsen tekstil.
Inovasi yang harus dilakukan oleh industri tekstil
“Saat ini, pemain tekstil Indonesia juga berivenstasi pada bahan baru seperti polieser yang memberikan nilai tambah industri untuk menambah industri serta perekonomian secara keseluruhan,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertesktilan Indonesia, Jemmy Kartiwa mengatakan bahwa reformasi ini kebijakan industri dalam negeri, perlu menyangkut biaya produksi dan juga daya saing di pasar. Dirinya berpendapat industri diharuskan melakukan inovasi dengan memangkas biaya produksi agar dapat bersaing di pasar, terutama saat turun daya beli masyarakat.
“Dalam beberapa tahun terakhir kita dapat melihat kurangnya kebijakan yang mengatur dan mengontrol komoditas utama dan fakta bahwa internet menguasai pasar domestik Indonesia, memungkinkan besarnya kepentingan dengan sisi lain yang terkkait dengan harga standar atau komoditas utama yang tidak hanya diimpor dalam jumlah besar, komoditas utama juga dijual secara lokal dengan harga yang sangat rendah dan lebih rendah lagi,” jelasnya.
Di sisi lain, President Director Asia Pacific Fibers dan Chairman of APSyFi Ravi Shanker sepakat bahwa saat ini kontribusi industri TPT sebesar 3% terhadap PDB Indonesia.
“Namun dengan angka ekspor sebesar US$12 miliar dan impor sebesar US$9.4 miliar. Kita bisa melihat bahwa sebagian besar negara pesaing kita seperti india dan Chna memiliki nercara yang lebih baik dari Indonesia,” ungkapnya