KabarUang.com, Jakarta – Ekonom Indef mengamati adanya prospek pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2021 ini akan mengalami tantangan yang berat. Hal ini sejalan dengan ketidakpastian terkait dengan adanya dampak pandemi Covid-19.
Wakil Direktur Institure For Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan kasus penyebaran Covid-19 masih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. Optimisme Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5% ini dinilai akan sulit terwujud.
Ilustrasi via kompas.com
“Saya pribadi memperkirakan secara umum ekonomi masih akan berjalan dengan separuh kapasitas dari kapasitas normal. Kalau pemerintah optimis 5% di tahun depan, saya kira lebih realistis setengah dari perkiraan tersebut. Ya sekitar 2,5% sampai 3% pertumbuhan itu masih memungkinkan,” ungkap Eko dilansir kontan.co.id, Minggu (22/11).
Lebih lanjut lagi, Eko mengatakan proyksi di kisaran 2m4% hingga 3% tahun depan ini didorong oleh dua faktor yakni apabila vaksinasi sudah bisa dilakukan di awal tahun. Sehingga kemungkinan hingga semester I 2021 vaksinasi belum menjangkau seluruh masyarakat.
“Artinya semester I 2021 masih akan keterbatasan aktivitas ekonomi karena hanya akan berjalan 50% dari situasi normal,” jelasnya.
Faktor selanjutnya yakni penentu pertumbuhan ekonomi yakni aliran likuiditas. Menurutnya, untuk dapat tumbuh 5% di tahun depan, setidaknya kredit masih harus mengalir di dua digit (10%). Namun, Eko mengatakan bahwa sejauh ini masih belum ada tanda-tanda likuiditas membaik.
“Laju kredit semakin melemah. Jika laju kredit hanya separuh dari situasi normal (2019, 2018, dan sebelumnya), maka ya kira-kira ekonomi juga akan berjalan dengan setengah kapasitas,” ungkapnya.
Pendapat CORE Indonesia tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia
Di sisi lain, CORE Indonesia melihat peluang besar bagi ekonom tumbuh positif di kisaran 3 hingga 6 persen. Faktor yang akan mempengaruhinya yakni tingkat pemulihan ekonomi di tahun 2021, adaptabilitas masyarakat dalam menghadapi pandemi, kecepatan penemuan dan pendistribusian vaksin, efektivitas implementasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Ada tidaknya terobosan kebijakan yang mendorong reformasi dan transformasi ekonomi untuk pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Namun, lebih jelasnya, CORE memproyeksikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya akan mencapai batas bawah 3% tahun 2021. Pertama yakni tingkat penularan wabah Covid-19 yang mulai menunjukkan adaya penurunan menjelang akhir 2020 kembali meningkat di tahun 2021.
Kedua yakni proses distribusi vaksin Covid-19 berjalan lamban. Selanjutnya, tingkat keyakinan masyarakat kalangan menengah belum sepenuhnya untuk berbelanja. Keempat yakni respon kebijakan pemerintah terutama program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berjalan lamban dan kurang efektif.