KabarUang.com, Jakarta – Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Paulus Totok mengatakan bahwa sektor properti terkontraksi sangat dalam saat pandemi. Bahkan, yang bertahan hanya rumah bersubsidi saja.
Ilustrasi via Media Indonesia
Paulus mengatakan bahwa yang bertahan di sektor properti hanya rumah bersubsidi. Phaknya menilai bahwa konsumen masih antusias membeli rumah bersubdisi terutama rumah-rumah yang berada di daerah. Segmen rumah bersubsidi ini masih bertaham sebab pemerintah sudah menyiapkan anggaran.
Di mana anggaran stimulus Selisih Bunga (SBB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) yang diberikan sebesar Rp 1,5 triliun sehingga rumah bersubsidi masih banyak diincar masyarakat.
Meski begitu, penjualan pada segmen tersbeut masih terbatas. Hal in karena masih banyak karyawan kontrak dan nonfix income direject atau dibatasi. Selain itu juga terhambat kendala layanan perbankan, proses akad terhambat pada masa PSBB.
Sektor properti turun drastis
“Dalam kondisi sekarang ini properti itu mall turun 85% karena ada karakter berubah dari pengunjung mal datang hanya untuk tujuan tertentu. Tidak ada sightseeing, jadi hanya membeli langsung pulang,” ungkap Totok dilansr kontan.co.id, Jumat (2/10).
Dirinya juga menambahkan bahwa okupandi dari hotel menurun drastis hingga 90 bahkan 100%. Tingkat okupandi di Bali sudah anjlok 100% akibat tidak ada hunian. Sektor perkantoran ini pun turun 75% dan rumah komersial turun hingga 80%.
“Bahkan sekarang mulai diikuti oleh rumah sederhana bersubsidi banyak sekali user yang sudah menyetorkan pembayaran, sekarang ada mereka dirumahkan sebagian besar tidak menerima sellery (penjualan) untuk merealisasikan perjanjian dia untuk merealisasikan hunan yang dia beli,” lanjutnya.
Sebelumnya, CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghada memprediksikan bahwa hingga akhir tahun penjualan properti tingkat junia akan menurun sebesar 15 hingga 25%.
“Kuartal IV kemungkinan akan turun cukup dalam sehinggahingga akhir tahun penurunan sektor properti mencapai 15 persen hingga 25 persen. Tahun lalu juga masih lebih rendah dibandingkan dengan 2018 yang 5,4 persen,” ungkapnya.
Pada kuartal I sendiri, properti sudah mengalami penurunan 50 persen. Namun smepat meningkat lagi di kuartal II hingga ketiga pada saat PSBB transisi.