KabarUang.com, Washington – Bank dunia memprediksi bahwa dunia dihadapkan dengan kondisi kemiskinan akibat pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa bulan ini.
Pihaknya juga memprediksi bahwa ada 150 juta orang yang akan mengalami kemiskinan ekstrem di tahun 2021. Dimana itu akan menggagalgalkan upaya pengentasan kemiskinan yang telah berlangsung.
Ilustrasi via trenasia
Dilansir dari reuters, Bank Dunia mengatakan bahwa 88 juta hingga 115 juta orang pun akan jatuh pada jurang kemiskinan di akhir tahun 2020 ini. Bahkan jumlahnya bisa saja bertambah menjadi 111 juta hingga 150 juta pada akhir 2021 mendatang. Kondisi ini merujuk pada masyarakat yang pendapatannya kurang dari US$ 1,9 per hari.
Tahun sebelumnya, tingkat kemiskinan ekstrem ini diperkirakan sekitar 8,4%. Sebelum virus corona menyerang, Bank Dunia sendiri memproyeksikan bahwa angka kemiskinan ini akan turun menjadi 7,5% per tahun.
“Pandemi dan resesi global dapat menyebabkan lebih dari 1,4% populasi dunia jtuh ke dalam kemiskinan ekstrem. Ini merupakan kemunduran yang serius bagi upaya kemajuan pembangunan dan pengurangan kemiskinan,” ungkap Pesiden Bank Dunia David Malpass, dilansir kontan.co.id.
Laporan terbaru menunjukkan banyak orang yang sangat miskin berada di negara-negara yang sudah memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Dimana sekitar 82% diantaranya berada di negara-negara yang memiliki kemiskinan yang tinggi pula. Namun, sebagian besar, 82% berada di negara yang berpenghasilan menengah.
Garis kemiskinan sendiri didefinisikan bagi yang berpendapatan UD$ 3,2 per kapita per hari untuk negara yang berpenghasilan menegah ke bawah. Untuk negara berpenghasilan menengah ke atas pendapatannya yakni US$ 5,5.
Penduduk kota masuk jurang kemiskinan
Selain itu juga, Bank Dunia mencatat bahwa banyak penduduk perkotaan yang kehilangan pekerjaannya akibat pandemi Covid-19. Negara-negara Afrika ini berada di kawasan Sahara yang memiliki tingkat tertinggi untuk masyarakat dengan penghasilan kirang dari US$ 1,9 per kapita per hari.
Untuk itu, prediksi Bank Dunia sekitar 42% populasi kawasann itu dapat hidup di bawa kemiskinan ekstrem di tahun 2020 dibandingkan dengan perkiraan sebelum pandemi menyerang sebesar 37,8%.
Pihaknya mengatakan, Bank Dunia krisis dan kurangnya pendapatan negara menyebabkan ketimpangan pendapatan dan kurangnya mobilitas.
“Untuk kembali ke jalur penentasan kemisknan yang telah direncanakan, negara-negara akan membutuhkan tindakan kolektif untuk mengendalikan virus. Semua harus memberikan dukungan bagi rumah tangga dan segera membangun ekonomi yang lebih tangguh setelah pandemi usai,” jelasnya.