
KabarUang.com , Jakarta – Salah satu negara dengan produksi gandum paling banyak yaitu Argentina bersiap mencatat rekor panen gandum pada tahun ini, di saat prospek panen kompetitor, Amerika Serikat, meredup.
Pada tahun lalu, sejumlah bursa dan analis negara itu memprediksi panen gandum mencapai 21-22 juta ton. Mengalahkan rekor musim sebelumnya sebesar 19 juta ton. Penanaman hampir rampung dan telah dibantu oleh cuaca yang baik.
Tahun ini argentina menjadi negara pertama yang menyetujui gandum hasil rekayasa genetika atau transgenik. Dan menunggu persetujuan dari Brasil sebagai negara pembeli utamanya.
Sebelumnya Departemen Pertanian AS (USDA) juga telah mengurangi proyeksiknya tentang produksi gandum di Australia, Ukraina, Uni Eropa, dan pemasok utama Rusia. Adapun produksi gandum domestik AS, ditemukan di bawah prospek hasil rata-rata.
Komisi ilmiah nasional Argentina mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Buenos Aires bahwa mereka telah menyetujui varietas gandum yang tahan kekeringan di negara itu. Argentina tercatat sebagai pengekspor gandum terbesar keempat di dunia.
“Ini adalah persetujuan pertama di dunia untuk transformasi genetik gandum tahan kekeringan,” kata Komisi Nasional untuk Sains dan Teknologi (National Commission for Science and Technology/Conicet) dalam sebuah pernyataan seperti dikutip www.channelstv.com. Dari kantor berita AFP, Kamis (8/10/2020)
“Untuk dipasarkan di Argentina, transformasi genetik gandum harus disetujui di Brasil, pasar gandum sejarah utama Argentina,” kata CONICET.
Sekitar 45 persen dari ekspor gandum Argentina pada 2019 diekspor ke Brasil. Pasar utama lainnya adalah Indonesia, Cile, dan Kenya.
Persetujuan resmi pemerintah akan dipublikasikan pada Kamis atau Jumat (9/10/2020).
Varietas gandum tahan kekeringan HB4 dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Argentina, Bioceres, bekerja sama dengan Universitas Nasional dan Conicet.
“Sekarang kita harus keluar ke dunia dan meyakinkan orang bahwa ini sangat bagus dan mampu menghasilkan pasar untuk gandum ini, yang merupakan lompatan evolusioner,” kata kepala Bioceres Federico Trucco.
Trucco mengakui bahwa untuk mendapatkan persetujuan dari Brasil mungkin sulit.
“Negara pertama yang harus kami yakinkan adalah Brasil dan ini mungkin membutuhkan kerja keras,” katanya.