KabarUang.com, Jakarta – Pandemi Covid-19 menyebabkan industri ritel terpuruk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni permintaan pasar menurun, dan fixed cost yang harus dibayarkan oleh pengusaha.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani mengatakan bahwa femona-fenomena yang terjadi ini selama pandemi sangat berdampak. Pemotongan gaji karyawan dan banyaknya karyawan yang dirumahkan membuat daya beli masyarakat menurun.

Selanjutnya, konsumsi masyarakat terhadap barang-barang yang dijual oleh pekau usaha ritel pun menurun dengan tingkatan yang bervariasi. Penurunan permintaan paling drastis dalam bisnis ritel yakni diluar kebutuhan pokok.
“Kalau ritel menjual barang-barang kebutuhan pokok mungkin masih bia survive,” ungkap Hariyadi dilansir kontan.co.id.
Tantangan yang dihadapi pebisnis ritel
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh pebisnis ritel yaitu biaya-biaya pengeluaran tetap yang sulit turun secara signifikan. Misalnya seperti biaya sewa. Haryadi menyampaikan bahwa tarif sewa pebisnis ritel cukup sulit untuk turun, sebab pihak pengelola atau pemilik tempat pun memiliki beban-beban biaya tetap yang besarannya sulit untuk dikurangi.
“Kalaupun (biaya sewa) turun, turunnya enggak banyak,” lanjutnya.
Dengan kondisi yang ada saat ini, Dirinya memprediksikan bahwa sektor industri ritel tahun ini akan mengalam koreksi, dimana tingkatannya bervariasi. Hal ini tergantung dari jenis barang yang dijual.
Sementara, untuk pemulihan bisnis ritel sendiri bergantung pada realisasi produksi serta distribusi vaksin. Hal ini dinilai mampu mendorong tingkat kepercayaan konsumen untuk kembali meningkatkan daya beli di industri ritel.
CEO PT Mega Perintis Tbk, FX Afat Adinata mengatakan hal serupa. Dia menyampaikan bahwa permintaan pasar akibat pandemi ini menurun 50% jika dibandingkan dengan angka permintaan normal. Penyebabnya yakni daya beli masyarakat yang melemah dan kegiatan operasional pusat perbelanjaan yang dibatasi di tengah PSBB.
Kondisi ini yang saat ini dialami oleh pebisnis ritel, dimana komponen biaya-baya yang ditanggung oleh pelaku usaha ritel tidak bisa diturunkan secara signifikan.
“Jadi industri ritel ini berupaya bertahan dalam situasi sekarang dengan melakukan banyak langkah agar bisa tetap beroperasi untuk kelangsungan bisnis sambil menunggu vaksin siap didistribusikan,” ungkapnya.