KabarUang.com, Jakarta – Bukan hanya masker, wastafel portabel juga menjadi salah satu barang yang laris di tengah pandemi. Wastafel fortabel ini memungkinkan penggunanya tidak menyentuh keran air serta tempat sabun.
Ilustrasi via GenksTank Magazine
Biasanya wastafel portabel ini dijumpai di tempat-tempat publik. Misalnya saja pusat perbelanjaan, gedung perkantoran dan tempat keramaian. Tak heran, para pembuat wastafel portabel ini diserbu pesanan. Salah satunya adalah usaha milik Sesarius Egi Budiman.
Omzet usaha wastafel portabel
Dia menjalani usaha ini baru dua bulan. Namun saat ini dia sudah membuat sebanyak 121 wastafel portabel bagi konsumennya yang tersebar di beberapa kota. Diantaranya yakni Jabodetabek, Banten, Bandung, Semarang, Klaten dan Palembang.
Usaha ini dimulai dari dirinya yang awlanya pernah ditipu ketika membeli wastafel portabel. Saat itu, dia memutuskan untuk membuat wastafel portabel sendiri. Egi yang saat itu sedang menjalani usaha kerajinan kayu dan besi itupun mulai merambah usaha baru, yakni wastafel portabel.
Dalam satu bulan, Egi bisa meraih omzet sebanyak Rp 60 juta rupiah. Adapun harga untuk satu produknya yakni berkisar Rp 1,3 juta hingga Rp 2 juta. Namun, dia mengakatan bahwa margin dari bisnis ini tidaklah banyak. Sayangnya, dia juha tidak merinci margin usahanya.
Biasanya, Egi akan memproduksi 20 wastafel portabel dalam satu gelombang produksi. Sejauh ini dia memasarkan wastafel portabelnya secara online. “Saya menjual di Tokopedia dan Instagram,” ungkanya dilansir kontan.co.id.
Bukan hanya Egi, pengusaha wastafel portabel lainnya yang kebanjiran pesanan yakni Agung Setiawan. Pemilik DTong Art ini mengaku mendapatkan lonjakan pesanan di masa pandemi ini. “Omzet untuk wastafel dihitung dari rata-rata harganya Rp 1 juta hingga Rp 3 juta dan ada 50 pesanan,” ungkapnya.
Agung membuat beragam model wastafel portabel. Mulai dari ember dan drum yang dilengkali pedah pejalan kaki. Hingga model wastafel yang sudah terpasang tangki air di bagian atasnya. Dia mengatakan bahwa bisnisnya saat ini berkembang pesat. Berbeda ketika sebelum pandemi karena masih sepi pembeli. Untuk itu, dia merasa pandemi ini membawa berkah bagi usahanya.