KabarUang.com, Jakarta – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan itu akan dimulai kembali pada Senin, 14 September 2020. Adanya peneran PSBB kembali, membuat perusahaan makanan seperti Pizza mengandalkan cara lain untuk tetap beroperasi.
Ilustrasi via AyoKitaTur.com
Beberapa sektor usaha rumah makan atau restoran masih diperbolehkan beroperasi. Namun, selama masa PSBB kembali berlaku, tidak diperkenankan melayani makan ditempat atau dine in. Untuk itu, seumlah emiten memanfaatkan layanan delivery dan take away. Salah satunya seperti pengelola gerai Pizza Hut (PZZA) yang akan fokus pada delivery order dan take away.
“Kami memahami pandemi Covid-19 ini merupakan situasi becana non-alam. Kami akan menjalankan kebiakan baik yang diterapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah,” ungkap Sekretaris Perusahaan Sarimelati Kencana Kurniadi Sulistomo dilansir kontan.co.id.
PZZA manfaatkan layanan delivery dan take away
Di DKI Jakarta sendiri, ada sebanyak 35% hingga 40% dari total gerai yang dimiliki oleh PZZA. Untuk itu, ke depannya pihaknya akan meningkatkan penjualan delivery dan take away dengan cara memperkuat kerjasama dengan berbagai pihak dan agregator. Selain itu juga, PZZA akan menggencarkan promosi guna menarik minat pelanggan agar membeli secara delivery maupun take away.
Kurniadi pun mengatakan bahwa selama enam bulan terakhir ini, rata-rata konsumen cenderung melakukan pembelian secara delivery maupun take away. Hal ini dilakukan demi menjaga kesehatan dan menghindari adanya peningkatan angka penularan.
Meskipun pelanggan yang membeli secara take away maupun delivery ini meningkat, pihaknya masih tidak memungkiri bahwa pendapatan dari dine in memang lebih besar. Hingga kini, Kurniadi pun masih belum bisa memberikan prospek yang telas dan akan melakukan revisi terhadap target-target yang direncanakan.
Selama masa pandemi ini, total pendapatan dan laba bersih PZZA terganggu sebanyak 25%. Sementara, besaran penjualan PZZA sendiri sebanyak Rp 1,8 triliun. Namun, sayangnya itu menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya di mana menurun 7,2%.
Sementara, laba bulanannya tercatat menurun lebih dalam di mana menjadi Rp 99,65 miliar dan sebelumny adalalah Rp 10,48 miliar atau menurun sebesar 89,48% Yoy.