KabarUang.com, Jakarta – Pandemi membuat kebiasaan masyarakat berubah. Mereka cenderung lebih hidup sehat dan mulai mengonsumsi obat herbal yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Inilah yang membuat perusahaan farmasi ramai-ramai membuat produk herbal.
Ilustrasi via PikiranRakyat
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengatakan bahwa permintaan tren obat dan produk farmasi herbal terus mengalami peningkatan terlebih di masa pandemi. “Pertumuhan selalu positif dan dengan adanya Covid-19 terjadi percepatan karena kepedulian akan kesehatan meningkat,” ungkapnya dilansir kontan.co.id, Jumat (4/9).
Saat ini, Kalbe sudah memiliki produk herbal andalan. Diantaranya yakni Komix Herbal, Woods Herbal, Bejo Jahe Merah, H2 Health & Happiness Fatigon Promuno, Promag Herbal, H2 Cordyceps dan lainnya. Dirinya mengatakan bahwa ke depannya perusahaan akan terus menambah produk herbal. “Ke depan akan terus kami kembangkan lagi setiap tahun 1-2 produk baru,” lanjutnya.
Dia mengatakan bahwa trennya beberapa produk herbal yang dicari rata-rata berasal dari tumbuhan jenis jahe merah, meniran, selasih dan lainnya. Sejauh ini kontribusi obat herbal untuk perseroan yakni 5 hingga 10% per tahun.
Penjualan produk herbal meningkat selama pandemi
Di sisi lain, Zahmila Akbar, Corporate Secretary PT Phapros Tbk (PEHA) mengatakan bahwa produk herbal mengalami peningkatan selama tujuh tahun terakhir.
“Untuk Phaprops, kami sudah coba concern pada pengembangan obat herbal sejak lebih dari 20 tahun lalu. Bahkan saat ini Phapros telah memiliki dua obat herbal yang masuk kategori fitofarmaka yang sudah lolos uji Klinis, yaitu Tensigard untuk anti hipertensi dan X Gra untuk vitalitas,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan pelaku industri juga melihat keseriusan pemerintah yang mendukung pengembangan OMAI (Obat Modern Asli Indonesia). Di mana bahan baknya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapat dan tidak harus bergantung pada impor.
Untuk itu, Zahmila berharap penggunaan OMAI ini akan memperkuat kemandirian Indonesia untuk obat-oabatan.
Dia mengaku saat ini kontribusi penjualan obat herbal masih di bawah 10%. “Kami berharap ke depannya bisa di atas 10% dan kami juga memiliki beberapa produk herbal dalam pipeline rencana pengembangan produk kami,” ungkapnya.