KabarUang.com, Tokyo – Saat ini sudah hampir 500 perusahaan Jepang yang bangkrut sejak pandemi. Informasi didapat dari hasil survei bisnis terbaru di Jepang.
Ilustrasi via Jurnal Otaku
Dilansir dari NHK, Firma riset Teikoku Databank mencatatkan sebanyak 489 perusahaan Jepang mengalami kebangkrutan atau meluncurkan prosedur likuidasi legal setelah menghentikan operasi. Kasus kebangkrutan ini banyak terjadi pada sektor restoran dan rumah makan. Di mana keduanya sulit mendapatkan pelanggan selama pandemi.
Selain kedua sektor tersebut, sektor lainnya yang paling banyak merasakan dampak pandemi yakni sektor penyedia fasilitas akomodasi dan ritel pakaian.
Tokyo Shoko Research sebelumnya sudah melakukan survei serupa terhadap usaha kecil dan menengah pada bulan Juli hingga Agustus di Jepang. Hasilnya yakni sebanyak 8,5% responden mengatakan bisnis mereka mengalami penurunan bahkan harus tutup jika wabah corona tidak segera berakhir.
Perusahaan Jepang tidak beroperasi selama pandemi
Proyeksinya ada 3,6 juta perusahaan kecil dan menengah di seluruh Jepang, sebanyak leih dari 300.000 unit usaha beresiko tutup akibat pandemi. Pada kuartal kedua tahun ini, perusahaan Jepang pun sudah memangkas biaya operasional untuk pabrik dan peralatan dengan jumlah paling banyak.
Menurut reuters, pemerintah Jepang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan ekonomi Jepang kembali pulih pasca pandemi. Selain itu juga, aktivitas pabrik pada Agustus mulai menyusut hingga menyentuh level terlambat dalam enam bulan terakhir.
Data resmi mengatakan kondisi pasar tenaga kerja tengah menurun. Penurunan konsumen ini terjadi pasca Pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat di awal kuartal kedua. Hal ini mengakibatkan belanja modal menurun 11,3% pada April-Juni secara year on year (yoy). Penurunan ini merupakan yang terbesar sejak kuartal I di tahun 2020. Krisis Covid-19 ini menghantam investasi d sektor manufaktur dan jasa.
Selain itu, tingkat pengangguran Jepang pun naik hingga 2,9% di bulan Juni 2020. Hal ini pun diperburuk oleh rasio jumlah pekerjaan yang merosot selama tujuh bulan berturut-turut. Di bulan Juli 2020 menurun menjadi 1,08 dari 1,11 di bulan sebelumnya. Ini merupakan posisi terendah sejak April 2014.