KabarUang.com, Jakarta – Sri Mulyani berpendapat bahwa penjualan impor bulan Juli 2020 belum mencerminkan tren pemulihan kegiatan produksi di dalam ekonomi domestik. Kinerja impor ini didukung oleh pertumbuhan positif barang modal serta bahan baku.
Ilustrasi via buananews.com
Sri Mulyani mengatakan bahwa impor barang modal masih bisa tumbuh positif hingga 6,08 persen secara month-to-mont nenjadi US$1,87 miliar. Lebih lanjut, dia mengatakan pertumbuhan ini didorong oleh meningkatkan impor kapal, peralatan komunikasi serta mesin. Namun, pencapaian ini belum bisa dikatakan sebagai tren pemulihan ekonomi. Hal ini karena tren menunjukkan pertumbuhan negatif 13,42 persen secara year-on-year.
“Kalau kita lihat pemulihan di sektor produksi masih belum menunjukkan tren yang stabil dan terus berlangsung. Mereka masih berada di tren yang sangat dini untuk melihat apakah tren perekonomian kita betul-betul berada pada zona positif,” ungkap Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KiTa pada Selasa (25/08) dilansir bisnis.com.
Mantan Direktur Bank Dunia itu juga mengatakan bahwa yang menjadi penolong pada bulan Juni yakni impor bahan baku. Namun kembali terkoreksi tipis di mana menjadi US$7,22 miliar pada bulan lalu. Realisasi ini menurun 2,51 persen secara month-to-month dan 33,86 persen secara year-on-year.
Kinerja ekspor dan impor
Faktor penyebabnya yakni penurunan impor barang komoditas pertanian seperti gula, gandum dan juga minyak nabati. Untuk itu, dirinya berharap tekanan pada sektor pertanian hanya berlangsung sesaat. Selanjutnya, impor konsumsi juga menunjukka pertumbuhan negatif 17,89 persen secara month-to-month dan koreksi 27,67 persens secara year-on-year menjadi US$1,32 miliar.
Hal ini diakibatkan oleh turunnya impor komoditas pangan seperti gula pasir, daging unggas dan buah-buahan. “Indikator ini lebih baik karena kita berharap banyak produk-produk substitusi barang impor untuk barang konsumsi yang bisa diproduksi di dalam negeri,” paparnya.
Jika dilihat secara keseluruhan, kinerja ekspor dan impor memang masih cukup baik. Hal ini tercermin dari neraca perdagangan bulan Juli yang surplus senilai US$3,26 miliar. Sehingga bisa menopang surplus US$8,75 miliar sepanjang perjalanan tahun.
“Impor kita menunjukkan tren sesudah pembalikan (bulan Juni), pada bulan Juli kembali mengalami negative growth. Ini berarti trennya belum solid menunjukkan bahwa mereka berada pada zona positif,”tutup Sri Mulyani.