
KabarUang.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo atau akrab disapa dengan sebutan Jokowi kembali angkat bicara perihal lambannya penyerapan anggaran pemerintah. Ternyata sudah tercatat ada sekitar Rp170 triliun dana pemerintah yang masih mengendap di bank. Padahal, untuk percepatan realisasi anggaran adalah kunci mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal itu juga sudah disampaikan Jokowi pada saat meninjau Posko Penanganan Covid-19, Bandung, Jawa Barat, Selasa (11/8/2020). Menurut pendapatnya, Indonesia bisa saja lepas dari jerat resesi apabila penyerapan anggaran dilakukan secara sigap atau kilat.
Jokowi juga kembali meminta aparatur negara segera mempercepat realisasi anggaran. Secara nasional, dia menyebutkan bahwa APBD juga masih banyak yang masih ditaruh di bank serta menunggu pencairan. “Ini masih [ada dana] Rp170 triliun di bank,” ucap Jokowi selaku Presiden Indonesia seperti dikutip dari bisnis.com
Beliau juga menguraikan bahwa perlu percepatan penyaluran anggaran pada kuartal III tahun ini. Akan menjadi kunci Indonesia selamat dari jurang resesi. “Kuncinya di bulan Juli, Agustus, dan September supaya kita tidak masuk dalam kategori resesi ekonomi.” ucap Jokowi selaku Presiden Indonesia seperti dikutip dari bisnis.com
Jokowi juga menjelaskan kembali pada kuartal I tahun ini, Indonesia masih menorehkan pertumbuhan ekonomi positif di tengah kontraksi yang terjadi di negara lain. Akan tetapi, pada kuartal II, Badan Pusat Statistik atau yang disingkat dengan BPS mencatat pertumbuhan ekonomi yakni sekitar -5,32 persen secara tahunan.
Presiden masih saja bersyukur dengan capaian kuartal II pada tahun ini. Pasalnya, apabila jika dibandingkan dengan negara lain, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik.
“Tapi kita juga patut bersyukur meski kita -5,32, coba kita lihat, Italia -17,3, Jerman -11,7, Prancis -19. Amerika Serikat -9,5. Ini patut kita terus Alhamdulillah, patut kita syukuri itu,” kata Jokowi selaku Presiden Indonesia seperti dikutip dari bisnis.com
Arif Budimanta selaku Staf Khusus Presiden Joko Widodo bidang ekonomi menjelaskan bahwa berdasarkan dari konsensus global resesi ekonomi terjadi bila sebuah negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal secara berurutan. Pertumbuhan harus dihitung dengan perbandingan tahun lalu (yoy) atau bukan secara kuartalan (qtq).
“Indonesia masih bisa menghindari resesi jika pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III ini secara tahunan dapat mencapai nilai positif,” ungkap Arif Budimanta selaku Staf Khusus Presiden Joko Widodo seperti dikutip dari bisnis.com.