KabarUang.com, Jakarta – Industri perbankan syariah Sumater Selatan berhasil tumbuh meski di tengah pandemi.
Ilustrasi via FajarSumatera
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Sumsesl Saekan Noor di Palembang yang mengatakan bahwa peluang untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih besar masih bisa karena sejauh ini kinerja keuangan perbankan syariah masih terjaga.
“Ini teramati dari market share yang sebesar 8 persen atau masih lebih tinggi dari angka nasional yang sebesar 6 persen,” ungkapnya dilansir bisnis.com.
Perbankan syariah di Sumsel ada kemungkinan tumbuh
Dia berpendapat secara skala ekonomi, perbankan syariah memang belum bisa mengejar kecepatan tumbuh perbankan konvensional. Namun, kesempatan untuk berkembang masih tersedia.
Saekan mengemukakan bahwa saat ini perbankan syariah masih memiliki prospek yang baik meski di tengah pandemi. Salah satu yang menjadi kontribusi terbesarnya yakni UMKM dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Untuk pembiayaan, kami menyasar sektor kesehatan dan pendidikan. Kedua sektor ini terbukti bertahan di tengah segala kondisi termasuk pandemi. Walaupun kinerjanya terpengaruh namun tetap tumbuh “jelasnya.
Selain itu, dirinya juga mengatakan bahwa satu bank syariah memiliki kekuatan yang berbeda dengan bank konvensional itu sendiri yang bisa menggadaikan emas. Sementara, untuk penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), perbakan syariah di Sumsel di mana berupaya menggarap pasar dari segmen pemerintah daerah.
“Segmen terbukti beroperasi untuk mendongkrak kinerja industri perbankan syariah di Sumsel dengan harapan ada dana APBN bahkan APBD yang di tempatkan khusus di bank-bank syariah,” ungkapnya.
Sementara, jika dlihat berdasarkan data Otoritas Jasa Kuangan Kantor Regional 7 Sumatera, realisasi penyaluran pembiayaan bank syariah di Sumsel ini masih bisa tumbuh 0,56 persen pada periode Mei 2020 dibanding dengan Desember 2019. Realisasi pembiayaan hingga Mei 2020 ini tercatat senilai Rp 7,87 triliun. Angka ini sudah di atas realisasi tahun lalu senilai Rp 7,83 triliun.
Inilah yang membuatnya berpikir bahwa perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun di tahun ini terjadi pandemi.