
KabarUang.com, JAKARTA – Para penyelenggara Fintech P2P atau bisa disebut dengan Fintech peer-to-peer lending mulai merayu kembali kepada para pendana (lender) untuk segera kembali aktif, seiring mulai bangkitnya dunia usaha dan juga perekonomian nasional memasuki semester II ditahun 2020.
Tumbur Pardede selaku Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia atau yang disingkat dengan AFPI menyebut inovasi para penyelenggara P2P lending akan segera menjadi kunci.
“Platform yang punya langkah mempertahankan kualitas kredit para peminjam [borrower] tetap bagus, dan punya inovasi mempertahankan kepercayaan para lender-nya, itulah yang bisa bertahan,” ujar Tumbur Pardede selaku Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia seperti dikutip dari Bisnis.com, Jumat (7/8/2020).
Sebelumnya, untuk kasus pandemi Covid-19 yang tak bisa dipungkiri turut membawa tren tersendiri di kalangan para penyelenggara fintech P2P lending dalam hal seleksi yang lebih diperketat lagi terhadap borrower yang akan direkomendasikan.
Hal ini tampak jelas terlihat dari portofolio PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran) yang akan memprioritaskan borrower-borrower berisiko rendah dalam beberapa waktu ke depannya.
Ivan Nikolas Tambunan selaku CEO & Co-Founder Akseleran pun mengungkap bahwa jika portofolio Akseleran terhadap invoice financing sebelum pandemi hanya ada dikisaran 30 persen, kini berbalik mendominasi menjadi 60 persen dari total portofolio di era new normal.
“Invoice financing lebih aman karena underlying-nya invoice, pekerjaan borrower sudah selesai, tinggal menunggu dibayar oleh payor. Sebelumnya [portofolio Akseleran] sebagian besar berupa pre-invoice financing yang underlyingnya baru SPK atau kontrak sebelum memulai pekerjaan,” kata Ivan Nikolas Tambunan selaku CEO & Co-Founder Akseleran seprti dikutip dari Bisnis.com.
Untuk tambahan informasi saja bahwa invoice financing berarti pelaku usaha sudah menyelesaikan pekerjaannya akan tetapi masih belum menerima pembayaran, sehingga butuh suntikan modal untuk likuiditasnya.
Menurtnya ini bukan berarti Akseleran mulai ‘anti’ terhadap pre-invoice financing. Ivan juga menjelaskan kembali apabila pelaku usaha mampu membuktikan memiliki cash flow yang baik, Akseleran akan tetap mengakomodasi pinjamannya.
“Selain itu, kita memperketat assesmen pinjaman, termasuk beberapa rasio keuangan yang kami terapkan di credit scoring model kami. Serta ketiga, kita memperketat monitoring serta efisiensi penagihan yang kami lakukan,” kata Ivan Nikolas Tambunan selaku CEO & Co-Founder Akseleran seprti dikutip dari Bisnis.com.