KabarUang.com, JAKARTA – Di masa pandemi ini banyak sekali persoalan yang tumbuh salah satunya lemahnya konsumsi rumah tangga menjadi pekerjaan rumah yang perlu segera dituntaskan pemerintah. Hal itu juga sangat diperlukan untuk menghindarkan Indonesia dari jatuh dan keterpurukan ekonomi.
Hal ini tak lepas dari kondisi perekonomian Indonesia, yang di mana pada nayatanya kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto atau yang disingkat dengan PDB mencapai sekitar 57,85 persen, terbesar di antara komponen lainnya.
Akan tetapi, sangat disayangkan, pada kuartal II 2020 laju konsumsi rumah tangga justru mencatatkan laporan yang negatif, yakni diangka -5,51 persen. Capaian itu dinyatakan anjlok dari periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 5,18 persen.
Dari sejumlah komponen penyusun konsumsi rumah tangga, tak hanya terdapat dua komponen yang tercatat mampu tumbuh positif yaitu perumahan dan juga perlengkapan rumah tangga serta kesehatan dan pendidikan. Sementara sisanya mencatatkan laporan yang negatif.
Sejumlah pengamat pun juga menilai, kondisi itu sangatlah wajar terjadi lantaran pemerintah sempat menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau yang disingkat dengan PSBB di berbagai wilayah nasional pada kuartal II/2020. Di bagian lain, pukulan keras terjadi terhadap industri nasional akibat adanya pandemi Covid-19, sehingga mampu membuat banyak perusahaan memangkas gaji atau bahkan melakukan tindakan seperti PHK karyawan, turut memberikan andil.
Dengan adanya fakta fenomena seperti itu pemerintah pun akhirnya meluncurkan program stimulus terbaru, yakni subsidi gaji. Program yang mirip dengan bantuan langsung tunai atau jika disingkat yakni dengan singkatan BLT ini ternyata menyasar kepada karyawan swasta dengan upah kurang dari Rp5 jt per bulan atau maksimal Rp5 juta per bulan.