KabarUang.com, Jakarta – Pakar marketing sekaligus Founder and Chairman MarkPlus, Inc, Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa tidak sepenuhnya kondisi pandemi ini menjadi penyebab bisnis perhotelan ambruk.
Ilustrasi via Facebook
“Kalau pengusa hotel itu punya DNA perhotelan, saya yakin tidak akan bangkrut. Pasti akan berusaha keras dan tahu caranya bertahan. Jika tidak bisa artinya DNA-nya memang tidak di situ. Pandemi adalah waktu yang tepat untuk keluar dari bisnis yang bukan DNA-nya,” ungkap dirinya dalam webinar Hermawan Katajaya Live, Big Momentum : Prepare Now, Actualize Next! via Zoom itu.
Menurutnya, di awal Covid-19 ini banyak orang yang panik sampai tidak mempersiapkan bisnisnya dalam menghadapi kenyataan yang ada ini. Banyak pula yang meremehkan situasi kuartal III karena menganggap pandemi selesai.
4 kunci utama bertahan di masa pandemi
Namun, saat ini lambat laun banyak usaha yang sudah mulai beadaptasi. Dirinya memberikan 4 kunci agar bisnisnya bisa bersaing dan tetap berkembang di era pandemi ini. “Kreativitas (creativity), inovasi (inovation), enterpreneurship, dan leadership atau disingkat CIEL. Karena Covd-19 bisnis harus omni, menggabungkan dua hal berbeda. Seperti bisnis offline kini harus ada online juga,” lanjutnya.
Kreativitas harus hadir untuk mendukung produktivitas. Tanpa kreativitas, usaha hanya akan menjadi rutinitas dan sulit adaptif. Kemudian, harus ada inovasi yang juga meyokong kreativitas.
“Bisnis itu harus problem solving. Di tengah Covid-19, produk apa yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikan masalah konsumen. Berbeda kan dengan sebelum Covid-19. Inilah opportunity atau kesempatan. Makanya perlu enterpreneurship, seseorang yang bisa memanfaatkan kesempatan dari perubahan masyarakat. Konsumen berubah, dia pun ikut berubah,” paparnya.
Lanjutnya, ketiga elemen tadi disempurnakan dengan leadership atau kepemimpinan. Disinilah kemampuan manajerial untuk mengkombinasikan banyak elemen yang ada. Karena yang di-manage bukan hanya soal memanfaatkan kesempatan bisnis yang ada, tetapi juga harus memikirkan cashflow bahkan profit and loss.
“Tahun 2021 harus dimanfaatkan. Jangan sampai tidak, kncinya dari sekarang di empat poin tadi. Bahkan kalau bisa berpikir panjang karena Indonesia akan bonus demografi pada tahun 2030. Ini harus jadi kesempatan,” tutupnya.