KabarUang.com, Jakarta – Menteri Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengatakan ahwa saat ini eksistensi koperasi terancam punah. Hal dibuktikan dengan regenerasi yang berjalan lambat. Pihaknya menginginkan koperasi tetap eksis dengan kehadiran anak muda.
Ilustrasi medcomindonesia
Menteri Teten mengatakan bahwa kebanyakan koperasi itu diisi oleh orang-orang yang sudah berumur. Hal ini Ia sampaikan ketika berkunjung ke lebih dari 100 unit koperasi untuk memantau kondisi saat ini. Kondidi yang sama pun belaku di kepengurusan koperasi kampus dimana tidak ada keterlibatan mahasiswa di dalamnya.
“Setelah bertemu dengan 100 koperasi yang tersebar ternyata tidak ada anak mudanya, hanya yang tua-tua saja, saya kaget, ini jangan-jangan koperasi mengalami stagnasi regenerasi. Tapi itu memang sebenarnya betul terjadi dan perlu dicarikan visi baru agar koperasi lebih diterima di anak muda,” ungkap Menteri Teten saat webinar, Minggu (12/7).
Koperasi harus punya visi aru untuk gaet anak muda
Dirinya mengatakan bahwa cara yang bisa dilakukan untuk menggaet generasi muda adalah dengan cara merambah ke industri kreatif yang memang lebih digandrungi oleh kaum milenial. Seperti hal nya industri musik, animasi, makanan dan minuman kekinian seperti kopi hingga sektor pariwisata.
“Jangan hanya nanti bisnis koperasi jadi tukang fotokopi atau bikin kaos atau bikin jaket almamater, bisnis lainnya juga penting, karena milenial ini kan tertarik dengan ekonomi kreatif,” paparnya.
Selain itu, era digital membuat segalanya bisa dilakukan dengan pengelolaan yang akuntabel, transparan dan minim human-error. “Penting juga tentang digitalisasi koperasi, bukan saja untuk memudahkan akses pasar digital tapi juga membangun business process yang efisien dan akuntabel. Digitalisasi kelembagaan koperasi juga akan memudahkan pelayanan ke anggota,” jelasnya.
Di sisi lain, dirinya mengungkapkan tentang kekurangan koperasi dimana pengawasannya lebih lemah dibanding dengan perbankan. “Fakta terakhir, ada beberapa KSP (Koperasi Simpan Pinjam) yang gagal bayar sehingga ini bisa mencoreng nama baik koperasi atau membuat kapok dimpan ke koperasi. Kalau dibandingkan perbankan, sistem pengawasannya memang lebih baik. OJK jauh lebih profesional. LPS juga nggak ada buat KSP,” paparnya.