KabarUang.com, Jakarta – Memasuki masa New Normal sama dengan memasuki harapan baru. Ini menjadi peluang bagi banyak pelaku usaha yang ingin kembali bangkit di tengah keterpurukan akibat pandemi. Begitulah yang dibicarakan dalam diskusi virtual ‘Membuka Peluang Usaha di Masa Pandemi’.
Ilustrasi via Youtube
Chief Economist, Bank Mandiri Andry Asmono mengatakan dalam acara itu bahwa tekanan ekomi yang dihadapi masyarakat saat ini lebih parah dibanding dengan krisis 98. Hal ini karena masalah kesehatan dan karantina wilayah yang mempengaruhi sektor usaha. Namun, ada pula sektor yang masih bertahan yakni sektor perdagangan khususnya makanan dan minuman.
“Namun sektor yang memiliki ketahanan ini juga butuh daya beli masyarakat agar bertahan. Dana stimulus dari pemerintah sangat ditunggu segera cair sehingga kuartal ketika nanti bisa ada sedikit kenaikan,” ungkapnya, Jakarta, dilansir sindonews.com.
Dia memandang bahwa banyak generasi milenial yang mencoba menjadi pelaku UMKM di tengah pandemi ini. Mereka memanfaatkan teknologi serta peluang yang ada di masa pandemi dan menjadi tren. “Inovasi motif batik dalam masker atau APD saya juga rasakan manfaatnya langsung. Karena saya kerja di kantor sering menggunakan motif batik tapi sekarang juga menjadi pelindung diri,” tambahnya.
Kunci UMKM bertahan di tengah pandemi
Andry menyampaikan bahwa ada dua hal utama yang mesti diperhatikan oleh pelaku UMKM agar tetap tumbuh di masa ini. Pertama yakni melaukan digitalisasi. Kedua yakni membaca selera konsumen. “Milenial melek teknologi tapi harus dikombinasikan membaca tren selera konsumen dan perubahannya, “jelasnya.
Ketika kedua hal ini menjadi pegangan para UMKM di masa pandemi maka tidak menutup kemungkinan UMKM akan tetap bertahan di masa ini. Hal itu dibuktikan dengan data Mandiri Institue yang mencatatkan adanya kenaikan omset hingga 42% bagi UMKM yang menggunakan sistem penjualan online. Sementara, untuk UMKM yang menggunakan sistem penjualan offline hanya mampu menaikkan omset 24%.
Dalam acara ini hadir pula beberapa pelaku industri seperti Founder Bolu Lapis Bogor Sangkuriang, Rizka Wahyu. Selain itu, ada pula Founder Batik Trusmi, Sally Giovanny dan Chief Economist Bank BTN Winang Budoyo.