KabarUang.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 terasa berat. Hal ini karena pertumbuhannya terhambat Covid-19, bahkan Jokowi mengatakan bahwa kondisinya lebih berat dibanding dengan kondisi ekonomi 98.
Ilustrasi via FaktaIndonesia
Hal ini karena pada saat tahun 98 sektor yang terdampak hanyalah sketor perbankan dan konglomerat besar, tetapi saat ini seluruh sektor turur terdampak akibat Covid-19.
“Sekarang semuanya (terdampak) karena produksi terkena, suplai terkena, demand terkena. Usaha mikro terkena, usaha kecil terkena, usaha menengah terkena, usaha besar terkena,”ungkap Presiden dilansir Setkab, pada Jumat (19/6).
Kondisi Ekonomi ini menurut Presiden disampaikan apa adanya. Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan sejumlah langkah dalam mengantisipasi dampak ekonomi pasca Covid-19. Salah satunya dengan memberikan bantuan sosial kepada masyarakt terdampak.
“Jadi situasi ini yang ingin saya sampaikan apa adanya, tetapi juga pemerintah telah menyiapkan stimulus bantuan sosial yang sudah mulai kita berikan kepada masyarakat dalam 1,5 bulan ini dan alhamdulillah dari apa yang saya tangkap saya ke kampung, ke desa, saya dengarkan ya mereka berat tetapi mereka menyadari bahwa ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi di 215 negara di dunia,”paparnya.
Menurut Presiden dampak Covid-19 ini dirasakan oleh seluruh negara yang terdampak. Oleh karena itu, sejumlah lembaga ekonomi dunia seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi bahwa pertumbuhan Ekonomi global akan merosot.
Pertumbuhan ekonomi dunia merosot
“Perkiraan pertama, mereka menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan turun kurang lebih minus 2,5. Tetapi terakhir dua hari yang lalu, OCED menyampaikan bahwa minusnya bisa sampai 6 sampai minus 7,6 pertumbuhan dunia. Bahkan nanti di Eropa di kuartal kedua ini minusnya bisa sampai 15-17 persen karena mereka me-lockdown terlalu lama,”jelas Presiden.
Di sisi lain, lembaga-lembaga dunia tersebut juga memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa pada tahun ini minus 9-12 persen. Sementara Australia diprediksi minus hingga 6,8 persen, Jepang minus hingga 5,2 persen. Sementara Amerika Serikat minus 6,6 persen dan Singapura minus 5 persen.
“Kita alhamdulillah dikategorika oleh mereka berada pada pertumbuhan positif. Seperti Bank Dunia menyampaikan bahwa nanti di negara-negara G20 itu yang positif hanya 3, China =1,9 (persen) India =1,2 (persen), Indonesia =0,5 (persen). Tetapi dari perhitungan terakhir mereka menyampaikan mungkin semuanya bisa minus. Tapi memang perkembangan ini dinamis dan selalu berubah setiap minggu, setiap bulan,”jelasnya.