KabarUang.com, Jakarta – Kondisi pandemi membuat harga minyak dunia turun karena pemakaian berkurang. Hal ini disampaikan oleh Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden 2014-2019. Dia menjelaskan bahwa harga minyak sebelum pandemi ini berada di level 70 hingga 80 dolar Amerika Serikat (AS) per barel, namun saat ini anlok ke 30-an dolar AS.
Ilustrasi via Panritanews.com
“Artinya bensin di dunia ini murah. Akhirnya, mobil listrik kalau harga BBM murah, tidak bisa bersaing,”ungkapnya ketika webinar, Minggu (21/6) dilansir tribunnews.com.
Meskipun harga minyak dunia turun, Jusuf Kalla mengatakan bahwa Pertamina tidak bisa langsung menurunkan harga BBM. Hal ini karena bisa merugikan pihak Pertamina. “Kalau harga BBM diturunkan, langsung Pertamina bangkrut karena Pertamina kan memberikan subsidi. Sekarang sudah turun, tapi penjualan juga turun,”jelasnya.
Harga BBM tidak turun karena beragam alasan
Dia pun menjelaskan bahwa penjualan Pertamina turun selama pandemi karena masyarakat cenderung berdiam diri di rumah. Hal ini mengakibatkan masyarakat jarang menggunakan kendaraannya. “Jadi, penjualan Pertemina turun 30 sampai 40 persen, akibatnya kalau harga BBM diturunkan, double dia kena. Sedangkan, ongkos operasional Pertamina tidak banyak turun, tapi harga bbm Pertamina tidak terlalu tinggi,”lanjutnya.
Harga BBM yang tak kunjung turun ini, dipertanyakan oleh banyak pihak. Hal ini karena harga minyak dunia memang sempat anjlok bahkan berada di zona negatif.
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memberikan penjelasan mengenai hal ini. Bahwa bisa saja Pertamina menurunkan harga BBM dengan memangkas biaya produksi dan meningkatkan impor minyak murah atau bahkan menutup sektor hulu migas.
“Tapi, kemudian kalau hulu migas ditutup, kilang-kilang ditutup, kita akan kembali lagi ke zaman dulu, tergantung dengan impor,”ungkapnya.
Lebih lanjut lagi, Dia memberikan penjelasan soal dampak buruk bergantung pada impor. “Bayangkan kalau kita hanya mengandalkan impor yang katanya di luar negeri itu murah. Oke kita andalkan impor, enggak usah kita memproduksi sendiri. Kalau ternyata negara tersebut menjadi lockdown engga bisa mengirimkan BBM-nya?,”ujarnya.
Pihaknya memang mengakui bahwa harga minyak produksi dalam negeri ini sempat jauh lebih mahal ketimbang impor. Namun, pihaknya mengatakan perlu perhitungan yang panjang untuk memutuskan meningkatkan impor dan menurunkan harga BBm.