
KabarUang.com , Jakarta – Pada masa-masa sulit seperti sekarang banyak perusahaan yang tidak bisa membayarkan tunjangan hari raya (THR) karena performa perusahaan yang terus menurun. Namun, tak sedikit perusahaan yang masih mampu membayarkan THR.
Agar tak salah strategi, baiknya dipakai untuk apa saja uang THR tersebut? Apakah boleh dipakai investasi?
Perencana keuangan sekaligus pendiri Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini Sutikno, menjelaskan, dalam berinvestasi sejatinya harus kembali pada teori dan konsep dasar dari investasi, yaitu menen tukan model aset alokasi. Tentukan pula berapa jumlah dana yang akan diinvestasikan, tujuan investasi, dan berapa lama dana tersebut akan diinvestasikan.
Untuk dana THR, sebelum memutuskan berinvestasi, pastikan keperluan hari raya, seperti membayar zakat, infak, sedekah, kebutuhan makanan, dan lainnya sudah terpenuhi. Setelah keperluan Hari Raya terpenuhi dan sisa dana THR masih sangat besar, sangat disarankan untuk diinvestasikan.
“Cara investasinya kita juga mesti memperhatikan konteks yang sedang dihadapi setiap orang saat ini, yaitu pandemi Covid-19, yang menyebabkan ketidakpastian. Sehingga, kembali pada teori dan konsep investasi bahwa alokasi dana dari sisa THR tadi harus dibagi secara proporsional. Jadi, tidak dikonsentrasikan pada satu hal saja, tetapi harus ditebar secara seimbang, tidak hanya investasi jangka panjang, tapi juga menengah,” kata Mike, Sabtu (16/5).
Mike menjelaskan, investasi jangka menengah, misalnya, dalam kurun satu tahun berguna untuk simpanan darurat pada masa pandemi Covid-19. Antisipasi ada keluarga yang sakit atau masalah lain yang sifatnya tidak terduga, tapi membutuhkan dana yang cukup besar.
Menurut Mike, setidaknya ada tiga model investasi yang bisa dipilih investor dengan disesuaikan style masing-masing. Model pertama, yaitu membagi secara proporsional dana sisa THR menjadi tiga bagian. Sebanyak sepertiga sisa THR masuk ke deposito yang notabene lebih mudah dicairkan untuk jaga-jaga adanya gelombang kedua Covid-19.
Lalu sepertiga lainnya digunakan untuk investasi jangka menengah, misalnya, dengan disimpan di reksa dana pasar uang yang memiliki risiko rendah, tapi tingkat keuntungannya cukup baik. Sepertiga sisanya bisa digunakan untuk investasi jangka panjang, misalnya, dengan membeli saham atau reksa dana saham.
“Apalagi, sekarang bisa beli saham dengan harga murah. Ya, intinya banyak barang (saham) bagus yang bisa dibeli murah. Model pertama ini cocok untuk pemula karena mereka harus lebih antisipasi pada risiko, tidak bisa agresif,” kata Mike.
Lalu model investasi kedua, yaitu dengan menginvestasikan 70 persen THR ke deposito atau investasi emas. Sementara 30 persen lainnya masuk ke reksa dana saham. Menurut Mike, investasi ini cocok bagi investor yang konvensional, pemula, dan takut risiko.
Sementara, model ketiga, yaitu kebalikan dari model kedua sehingga 30 persen dana THR diinvestasikan ke produk investasi konvensional seperti emas, lalu 70 persen sisanya diinvestasikan di pasar saham. Model ketiga ini tidak direkomendasikan bagi investor pemula sebab memiliki risiko yang cukup besar. Bagi investor yang ingin menerapkan investasi model ketiga juga harus dipastikan dia memiliki dana darurat yang cukup.
Pada masa pandemi Covid-19, Mike juga meminta agar para investor jeli dalam berinvestasi saham. Bagi investor pemula, bisa melihat ranking perusahaan saham dari perusahaan penjual efek. Biasanya mereka memiliki fitur analisis saham yang bisa melihat perkembangan harga saham dan performa perusahaan.
“Intinya fitur itu berfungsi untuk menilai apakah saham itu kemahalan atau tidak, sehat atau tidak perusahannya, cocok tidak dengan dana investasi Anda dan lainnya. Semua perlu dipertimbangkan matang karena saham ini untuk investasi jangka panjang,” kata Mike.