
KabarUang.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) menilai bahwa inflasi yang terjadi pada April 2020 masih terkendali. Diamana tercatat sekitar 0,08% atau lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya dimana 0,10%(mtm).
Kepala Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjarnako mengatakan bahwa saat ini Bank Indonesia terus konsisten dalam menjaga stabilitas harga serta memperkuat koordinasi kebijakan Pemerintah. Baik tingkat pusat maupun daerah untuk mengendalikan inflasi agar tetap rendah dan terkendali sesuai sasaran yakni 3,0%+-1% pada 2020.
“Koordinasi dengan Pemerintah tersebut untuk mengendalikan inflasi pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fotro 1441 H,”ungkap Onny di Jakarta, Selasa (5/5) dilansir sindonews.com.
BI berupaya menjaga inflasi
Dirinya mengatakan pula bahwa perkembangan inflasi ini dipengaruhi oleh inflasi yang melambat, kelompok volatile food dan administered prices yang kembali mencatat deflasi. “Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK April 2020 tercatat sebesar 2,67%(yo), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan lalu yakni 2,96%(yoy),”paparnya.
Sebagai tambahan informasi, inflasi pada April 2020 ini tercatat terjadi perlambatan dari 0,29% (mtm) pada bulan sebelumnya menjadi 0,17%(mtm). Sementara menurut kelompok barang, perkembangan ini dipengaruhi oleh deflasi komoditas bawang bombay. Meskipun di tengah komoditas lainnya yang melonjak seperti gula pasir dan harga emas perhiasan.
Inflasi secara tahunan mencatat sebesar 2,85%(yoy), sedikit lebih lambat dibanding inflasi Maret 2020 yang sebesar 2,87%(yoy). Inflasi yang menurun ini tidak leas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi agar terus terjaga serta dampak permintaan domestik yang berjalan melambat akibat dampak pandemi Covid-19.
Sedangkan, volatile sendiri kembali mencatat deflasi sebesar 0,09%, setelah Maret mengalami deflasi sebesar 0,38%(mtm). Perkembangan ini banyak dipengaruhi oleh koreksi harga yang cukup dalam beberapa komoditas. Diantaranya yakni cabai merah, daging merah dan telur ayam ras.
Deflasi juga terjadi akibat koreksi tarif angkutan udara yang menurun seiring penurunan permintaan. Berbeda dengan perkembangan tarif angkutan, komoditas aneka rokok serta bahan bakar rumah tangga (BBRT) mencatat terjadinya inflasi yang meningkat. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat deflasi sebesar 0,09%(yoy). Dimana lebih rendah dibanding Maret yang mengalami inflasi 0,16%(yoy).