KabarUang.com, Jakarta – Pandemi yang berlangsung akhir-akhir ini berimpas pada perekonomian Indonesia. Hal ini juga membuat kelas menengah terancam jatuh miskin.

Meskipun kebijakan demi kebijakan sudah diupayakan oleh pemerintah, namun masih banyak kalangan masyarakat yang luput dari perhatian pemerintah, seperti kelas menengah. Hal ini karena menurut Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhienegara mengatakan bahwa ada banyak kelas menengah yang bisa jatuh miskin apabila pandemi lambat diatasi.
“Saya kira memang untuk kelas menengah ini yang rentan miskin jumlahnya cukup banyak ya,”ungkap Bima, dilansir detik.com, Rabu (16/04).
Dirinya mengutip data dari Bank Dunia bahwa ada ratusan juta orang yang rentang jatuh miskin akibat pandemi ini.
“Bank Dunia bilang ada 115 juta orang rentang miskin di Indonesia yang dengan adanya wabah Covid-19 ini mereka akan dengan mudah masuk di bawah garis kemiskinan dan ini memang belum tersentuh oleh pemerintah dalam bantuan yang Rp 450 triliun atau spesifiknya Rp 110 triliun bantuan sosial itu,”ungkapnya.
Hal serupa juga disepakati oleh Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal yang mengatakan bahwa kelas menengah paling rentang jatuh miskin.
“Besar sekali kemungkinannya. Namun, sebetulnya yang paling mungkin untuk jatuh ke garis kemiskinan itu adalah orang yang masih di sekitar garis kemiskinan yang jumlahnya sangat banyak yaitu adalah di kategori BPS itu adalah golongan hampir miskin dan golongan rentan miskin,”ungkap Faisal.
Solusi yang bisa dilakukan pemerintah
Lalu apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal ini ?
Menurut Ekonom dari Institue for Development of Economics and Finance (INDEF) iu yang bisa dilakukan pemerintah sebagai solusi dari permasalahan ini ada beberapa stimulus yang bisa dilakukan.
“Bila berupa knompensasi dalam bentuk bantuan langsung tuna atau cash transfer mungkin. Kalau tidak bisa menjaring 115 juta orang (kelas menengah di Indonesia yang rentang miskin menurut Bank Dunia) mungkin bisa dimlai dulu dari mereka yang di PHK di zona merah atau yang paling terdampak misalnya,”jelasnya.
Selain itu, memberikan subsidi sehari-hari juga bisa menjadi alternatif.
“Kelas menengah ini harusnya dapat subsidi listrik juga dalam kondisi darurat ini. Jadi pengguna 900 VA non-subsidi kemudian 1300 VA ini seharusnya mendapat bantuan dari pemerintah gitu diskon 50% gitu misalnya. Kenapa? Karena banyak sekali kelas menengah yang rentan miskin ini yang hidupnya di rumah susun maupun rumah petak, itu menggunakan listrik 1300 VA. Dalam kondisi sekarang kalau pemerintah bisa membantu untuk subsidi listrik saja, itu setidaknya bis amembantu mengurangi beban dan bisa dialihkan untuk membiayai kebutuhan pokok lainnya,”paparnya.