KabarUang.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja melarang masyarakat untuk tidak mudik. Hal ini karena wilayah Jabodetabek sudah menjadi zona mera virus Corona. Sehingga masyarakat diharuskan melakukan aktvitas apapun di rumahnya.

Pengamat perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengatakan bahwa kebijakan ini sudah terlambat untuk diputuskan.Hal ini karena sudah ada 900 ribu orang yang sudah pulang kampung duluan.
“Apakah kebijakan ini telat atau tidak? Yang jelas sudah ada 900 ribu orang mudik terlebih dahulu kalau data Kemenhub,”ungkap Yayat pada saat diskusi online dengan YLKI, Rabu (22/04).
Pihaknya juga mengatakan bahwa faktor utama yang menjadi pemicu adalah kesulitan eknomi. Banyak orang yang kehilangan pekerjaannya akibat pandemi global itu. Mereka pun memutuskan untuk mudik ke kampung halaman.
“Ketika sekolah, kampus diliburkan, semua sektor UMKM informal semua pekerjanya itu nggak ada pilihan untuk bertahan. Akhirnya mau nggak mau mereka pulang,”jelansya.
Yayat pun memberikan saran kepada pemerintah untuk memberikan sembako kepada masyarakat yang terdampak agar mereka tidak pergi mudik. Pasalnya menurut dia, salah satu indtrumen terbesar adalah biaya hidup Jakarta yang tidaklah murah.
“Persoalan mendasar bagi pemudik bukan hanya sembakonya saja. Bagi kelompok migran yang ngontrak bulanan ini nggak ada yang bantu, ini cost untuk bertahan di luar sembako juga besar,”tambahnya.
Ketika biaya-biaya di luar smebako itu tidak pertepnuhi, mereka memtuskan untuk kembali ke kampung halamannya.
“Biaya ini kalau tidak terpenuhi bisa membuat mereka tetap nekat pulang kampung,”ungkapnya.
Sementara itu, disisi lain, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Agus Taufik Mulyono mengatakan bahwa ada potensi sebanyak 1,3 juta warga Jabotabek yang akan pergi mudik. Dari data yang ada ini daerah yang paling banyak menjadi tujuan adalah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Jawa Timur.
“Ada 1,3 juta orang yang dianggap ada potensi mudik. Ke mana mereka menyebar? Jabar 13%, Jateng-DIY 41%, dan Jatim 20%. Lalu yang ke Sumatera itu sekitar Sumsel dan Lampung ada 8%, sisanya ke tempat lain,”ungkap Agus saat video telekonferensi, pada Selasa (14/04) silam.