KabarUang.com, Jakarta – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah diberlakukan di Jakarta membuat sopir angkot dan ojek online merasakan dampaknya. Semenjak pemberlakukan PSBB, jumlah pesanan dan penumpang menurun. Keduanya mengalami penurunan yang signifikan.

“Di DKI Jakarta khususnya, di mana ojol tidak boleh membawa penumpang, pesanan menurun hingga sebanyak 80-90%. Bahkan, mayoritas teman-teman ojol malah sudah tidak mendapat order,”ungkap Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, dilansir wartaekonomi.com, Selasa (14/4).
Pendapatan ojol dan sopir angkot menurun selama pandemi
Layanan roda dua ini menyumbang sebanyak 70 hingga 80% pendapatan ojol. Maka dari itu pemasukan ojek online berkurang sangat banyak. Igun juga mengatakan bahwa pengantaran makanan cukup sulit di tengah PSBB.
“Selain sulit, kita harus punya modal. Sementara, tidak semua teman ojol masih punya modal (di tengah kondisi) sekarang ini,”tambahnya.
Dari segi pendapatan sendiri, umumnya mitra ojol membawa pulang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu sehari dengan 12 jam kerja. Namun, saat ini berkurang semenjak ada pandemi Covid-19.
“Begitu kebijakan berkegiatan di rumah berlaku, semakin turun (di kisaran 50 hingga 60%. Jadi terus menyusut penghasilan kami ini,”ungkapnya.
Sementara, berbeda dengan sopir angkot. Bahkan sebelum diberlakukannya PSBB, pendapatan sopir angkot sudah amblas sebanyak 75 hingga 100%. Menurut Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan sopir angkot bisa saja di rumahkan bahkan di PHK jika omzet terus menurun.
Pasca pemberlakuan PSBB itu,sopir angkot hanya bisa membawa sebanyak 5 penumpang. Sehingga penurunan penumpang pun tak terelakkan. Di terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur sendiri, jumlah penumpang anjlok hingga 80%.
“Biasanya saya bisa bawa sepuluh orang penumpang. Sekarang dibatasi cuma lima orang. Di dalam terminal sepi penumpang, terus jumlahnya dibatasi, dua kali merugi kita,”ungkap Rizal, sopir angkot.
Menurut dia saat ini semua sopir angkot mengalami kerugian dengan adanya PBB. Rizal yang harus menyetor uang Rp 100 ribu per hari ini bahkan seringkali dia menambal uang setoran ketika jumlah uang yang didapat berkurang.
“Untuk bayar setoran saja kita sering nombok, apalagi untuk makan. Kawan-kawan yang lain juga harus banyak berhenti bahwa angkot,”tutupnya.
Lebih lanjut lagi, penerapan PSBB di kota-kota besar ini berdampak pada lebih dari 3 ribu sopir angkot, berdasarkan informasi dari Dinasi Perhubungan (Dishub).