
KabarUang.com, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) membangun pertanian dari hulu hingga hilir. Salah satunya di sektor pendidikan pertanian seperti Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) andal untuk menjawab tantangan di era milenial saat ini.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta perguruan tinggi untuk bersinergi membangun pertanian. Dirinya ingin kemampuan para mahasiswa pertanian dapat berguna hingga sampai di level desa. Selain itu, mahasiswa juga diajak menjadi bibit petani milenial.
“Kami ingin mahasiswa pertanian dari seluruh Perguruan Tinggi mampu menjadi sosok perubahan dari sektor pertanian di desa asal mereka. Yaitu dengan membangun pertanian menggunakan teknologi yang makin hari makin canggih sehingga ilmu yang didapatkan dari kampus bisa dipraktikkan di lapangan,” jelas Mentan SYL.
Mentan SYL juga berharap mahasiswa PEPI bisa menjadi “penyuluh” di wilayah desa asal mereka. Sehingga perkembangan masalah-masalah baru pertanian seperti perubahan iklim (climate change), tantangan hama hingga bencana alam harus mampu diselesaikan para mahasiswa pertanian.
“Karenanya, mahasiswa pertanian harus ada di setiap desa. Minimal otaknya sampai menjangkau desa, perguruan tinggi mampu hadir di setiap desa,” tuturnya.

Sementara, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Pertanian Dedi Nursyamsi menegaskan, perguruan tinggi terhadap pertanian harus mampu menjawab tantangan pertanian saat ini.
“Kementerian Pertanian bersama perguruan tinggi pertanian harus melakukan perubahan yang lebih baik dalam meningkatkan produksi pangan,” ujar Dedi Nursyamsi.
Menurutnya, bisnis masa depan yang akan eksis dalam sektor pertanian di antaranya sektor hulu, food processing dan retail. Dengan demikian, prospek pertanian kedepan tidak hanya di aspek onfarm, namun juga pada aspek hilir.
Dedi Nursyamsi menyebut, dengan menggunakan sistem teknologi dan mekanisasi yang kuat, generasi muda tidak perlu ragu menggeluti pertanian.
“Bertani di era sekarang jauh lebih mudah. Anak muda tidak akan ragu masuk pertanian karena sudah mekanisasi dan digitalisasi,” tuturnya.
Di hari yang sama, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) menggelar kuliah umum video conference. Bertemakan Sapa Mahasiswa PEPI, kuliah umum ini diikuti 71 mahasiswa PEPI dari tiga program Studi (prodi) yaitu Teknologi Mekanisasi Pertanian, Teknologi Hasil Pertanian dan Tata Air Pertanian.
Kepala PPMKP Ciawi yang juga dosen PEPI Heri Suliyanto dalam kuliah umumnya menyatakan, PEPI merupakan kumpulan orang hebat dan harus lebih hebat. Tiga prodi yang dimiliki disukai oleh generasi milenial. Kelulusuannya nantinya akan menjadi Job Seeker (Teknisi dan operator handal) dan Job Creator yang andal dan ditunggu oleh petani dan penyuluh ke depanya.
Heri mencontohkan keberhasilan Duta Petani Sandi Octa Susila, yang juga seorang figur generasi milenial yang sukses dalam mengembangkan job creator. Pemuda berumur 26 tahun ini mendapatkan penghasilan Rp 500 juta per bulan dari agribisnis sayuran. Penggerak 373 petani, mengelola total 120 hektare lahan sayuran dan membawahi 50 karyawan.
“Diharapkan mahasiswa PEPI sudah memiliki recana kedepan sebagai lulusan dari tiga prodi tersebut. Tinggal memutuskan menjadi job seeker dan job creator,” ujar Heri Suliyanto.
Heri Suliyanto menambahkan, PEPI memiliki Prodi Teknologi Hasil Pertanian, dimana lulusan tersebut sebagai job creator di sektor Food Procesiang and Retaail yang nantinya merupakan bisnis pertanian yang prospektif di masa depan.
Dalam kondisi pembelajaran daring on-line Learning From Home (LFH), mahasiswa juga dapat belajar di lapangan mendampingi penyuluh dan petani.