KabarUang.com, Jakarta – Presiden Jokowi mengatakan dirinya sudah merangkai skenario terburuk dalam hal menangani virus corona yang tengah menjadi pandemi ini. Pemerintah dengan sigap merencanakan setiap kemungkinan perkembangan yang akan terjadi dan berusaha mencari solusinya.

“Bulan April seperti apa, bulan Mei seperti apa, skenario terburuk seperti apa, skenario sedang seperti apa, skenario ringan seperti apa,”ungkap Jokowi pada saat memberikan pengarahan kepada gubernur melalui telekonferensi, Selasa (24/03).
Bapak Presiden RI Itu memaparkan bahwa pada awalnya melihat bahwa dampak virus corona ini sudah banyak menelan penghasilan rakyat. Namun, di sisi lain dia mengatakan bahwa prioritas kesehatan masyarakat adalah yang utama. Mitigasi ekonomi ini diperlukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan jenis-jenis usaha tidak mengalami penurunan.
“Dan saya kira kita ingin berada pada skenario yang ringan, dan kalau memang betul-betul sulit dibendung, palin tidak kita masuk ke skenario sedang, jangan sampai masuk ke skenario yang paling buruk,”paparnya.
Sebelumnya Kepala Negara itu menyampaikan bahwa dirinya sudah membuat sejumlah program untuk mengungkit ekonomi Tanah Air di tengah pandemi corona. Salah satunya yakni dengan memulai penerapan kartu pra kerja dan tambahan bantan sosial senilai Rp 200 ribu.
Selain itu, Jokowi juga mengatakan bahwa kredit permodalan usaha kecil dan mikro harus dipermudah agar banyak masyarakat yang bisa membuka usaha. Dimana saat ini, pedagang mikro mengalami penurunan penghasilan akibat pandemi corona.
“Pedagang mikro pedagang kecil, kalau skenarionya sedang. Tapi yang berat adalah di Kalimantan Utara dengan penurunan pendapatan sampai 36 persen dan kemampuan bertahan di Agustus sampai Oktober,”jelasnya.
Lalu, Jokowi juga ingin meringankan cicilan bayar kendaran, melihat banyaknya masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai ojek online dan supir taksi. Dimana terjadi penurunan pendapatan ojek online akibat wabah ini.
“Mengenai penurunan pendapatan dari setiap provinsi yang ada. Skenario terparah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat akan ada penurunan pendapatan kurang lebih 25 persen,”ungkapnya.
Jadi, mereka bisa dengan leluasa bekerja tanpa harus memikirkan cicilan yang berat.